Woow, Dosen UNS Sukses Kembangkan Rumput Lokal Berstandar FIFA

Lima Spesies Grade A, tapi Belum Punya Nama

Woow, Dosen UNS Sukses Kembangkan Rumput Lokal Berstandar FIFA
PROFESI LANGKA: Rahayu mengamati rumput-rumput kembangan hasil penelitiannya di Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS Surakarta. Narendra Prasetya/Jawa Pos/JPNN.com

Penggunaan rumput zoysia Merapi mampu menghemat biaya pemasangan dan perawatan hingga 50 persen. Untuk menginstal lapangan sepak bola dengan rumput lokal hasil pengembangan Rahayu dan tim UNS, hanya dibutuhkan dana sekitar Rp 35 ribu per meter persegi. Plus biaya tanam sekitar Rp 5 ribu per meter persegi. Jadi, total Rp 40 ribu. Sementara itu, dengan rumput impor, biayanya minimal Rp 60 ribu.

Sayangnya, sampai saat ini belum banyak stadion di Indonesia yang mau menjajal rumput temuan Rahayu tersebut. Baru proyek pembangunan stadion anyar di Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang menggunakan rumput lokal secara penuh.

Menurut Rahayu, kendala regulasi menjadi penghalang belum luasnya pasar rumput lokal menjadi landasan lapangan sepak bola. Sebab, universitas tidak boleh menawarkan produk ke pihak swasta. Apalagi kebanyakan pengelola stadion punya link sendiri dengan CV atau kontraktor pengembang rumput lapangan sepak bola.

Tahun depan Rahayu berencana mengajak kerja sama para kontraktor pemasangan rumput lapangan sepak bola. ’’Mungkin untuk saat ini baru Stadion Manahan yang kami garap. Tahun depan kami akan membuka lebih banyak lagi jaringan kerja sama dengan kontraktor,’’ ujarnya.

Meski mulai berancang-ancang melebarkan sayap memasarkan rumput hasil kembangan, Rahayu belum punya pikiran menamai jenis rumputnya. ’’Belum ada pikiran untuk menamai rumput-rumput itu. Sementara zoysia native dulu sambil mencari link-link dan kemudian baru mematenkan namanya.’’

Memang, secara kualitas, daun dan akar rumput lokal lebih lebar dan kuat jika dibandingkan dengan zoysia matrella dan bermuda. Demikian pula manfaatnya bagi permainan sepak bola. Untuk uji pantulan, levelnya memang belum bisa diketahui. Tapi, kelembutannya tidak kalah dari matrella dan bermuda.

’’Kami tahun depan berencana memakai rumput lokal saja. Sebab, ternyata lebih kuat dan lebih bagus,’’ kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Stadion Manahan Heru Prayitno.

Menurut dia, dari sisi kekuatan, rumput zoysia Merapi mempunyai power lebih besar dalam mencengkeram. Karena itu, apabila intensitas penggunaan lapangan lebih sering, rumput tidak mudah rusak. ’’Kalau kena pull sepatu bola, rumput Merapi tidak mengelupas. Berbeda dengan bermuda yang cengkeramannya kurang kuat. Begitu terkena pull, akan mudah mengelupas. Mau tidak mau, perlu perawatan ekstra,’’ paparnya.

Di balik buruknya kualitas kompetisi sepak bola nasional, Indonesia punya ahli rumput untuk stadion berstandar FIFA. Sayangnya, belum banyak daerah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News