Yuk Ah...Mengintip Upacara Bendera Pertama di Pulau Bali

Yuk Ah...Mengintip Upacara Bendera Pertama di Pulau Bali
Suasana di bekas markas Pasukan M, di Desa Peh Manisturu, Jembrana, Bali. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Serangan malam Minggu, 11 April 1946 untuk merebut kota Negara yang dikuasai Belanda, gagal. Pasukan tempur semalaman suntuk, pasukan balik kanan. Mundur. Lalu ke daerah Candikesuma. 

“Saya lihat pasukan dari Jawa itu datang,” kenang Haji Mukmin, tetua masyarakat pesisir Candikusuma, saat riset cerita ini dilakukan, 2012 lalu. Ini wilayah perantauan Bugis.  

Saat ditanya usianya, Haji Mukmin yang oleh masyarakat Candikusuma disapa Datuk, tak tahu pasti berapa usianya. Yang pasti saat kedatangan Pasukan M ke kampung itu, dia sudah remaja. 

“Dari sini, mereka (Pasukan M) diantar oleh ayah saya ke Sungai Sangyang di Cangkup. Saya ikut mengantar,” kenangnya saat itu. 

Jarak dari pesisir pantai Candikusuma ke Cangkup tak begitu jauh. Berjalan kaki kurang lebih 30 menit. Pesisir Candikusuma di sebelah kanan Jalan Raya Gilimanuk arah Denpasar. Cangkup di sebelah kiri jalan. 

Berdasarakan pantauan mata langsung awal September 2012 lalu, Cangkup memang teramat rimbun. Wilayah ini dikelilingi pohon-pohon besar. Bahkan sinar matahari tak leluasa menembus dedaunan. Di tengah kerumunan pepohonan itu mengalir Sungai Sanghyang. Airnya dangkal. 

Di tepian sungai sebelah sini terhampar rumput hijau. Di seberang sana, tepian sungainya berpasir putih. Di balik airnya yang bening terlihat pasir dan batu-batu kecil. Beberapa batu besar teronggok di sana-sini. 

Pemandangan di Sungai Sanghyang serupa negeri-negeri dongeng di sejumlah film kartun. Di tempat inilah Pasukan M berehat dan mengatur lagi siasat perang. Mereka sudah memperhitungkan pihak Belanda akan berlalu-lalang di Jalan Raya Gilimanuk-Denpasar.

SETELAH berhasil memenangkan pertempuran laut di Selat Bali, Pasukan M bersama pejuang Bali menggelar upacara bendera pada 18 April 1946.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News