Modus Baru, Sensasi Baru

Modus Baru, Sensasi Baru
Modus Baru, Sensasi Baru

jpnn.com - BARU kali ini, saya mendengar model penipuan yang terskenario rapi, terprogram seperti original, betul-betul seindah warna aslinya. Daya kecohnya maut. Tipu dayanya amat muslihat. Pintar, canggih, dan memanfaatkan isu-isu up to date.

Tutur bahasa, intonasi bicara, suasana kerja seolah disiapkan matang. Tidak memberi kesan mengelabuhi korban. Hanya akal sehat yang bisa mementahkan modus penipuan terstruktur macam ini. Awalnya, saya ditelepon seorang yang mengaku staf khusus Menteri Agama, Suryadharma Ali, dari hape nomor: 085386436639. Dia meminta saya menghubungi ajudan Menag di nomor: 0819807991.

Saat saya kontak, dua kali tidak dijawab. Lalu, nomor pertama di atas telepon lagi, “Maaf Pak Don, tadi Pak SDA sedang menerima tamu Komisi XI DPR RI, soal pengaturan budgeting. Silakan, sekarang sudah bisa dikontak,” kata laki-laki itu dengan nada sopan. Saya kontak lagi, nomor kedua, lalu diangkat. Dengan suara pelan berbisik, dia bilang: “Sebentar Pak Don, beliau sedang komunikasi dengan RI-1.

Nanti saya kontak lagi pak!” Nuansa yang saya tangkap dari suasana di ruangan itu sedang ada orang yang bicara dan menyebut-nyebut Pak Presiden. Pak Presiden. Seolah ingin memberikan aksen bahwa SDA sedang berdiskusi via telepon dengan SBY. Wow. Sebuah skenario yang cemerlang. Bermain-main di wilayah kesan. Tidak lama kemudian, staf khusus itu telepon lagi ke hape saya.

:TERKAIT Dia hanya memberi tahu, bahwa ajudan sudah free, siap terima telepon. Saya mulai curiga. Mengapa Pak SDA tidak telepon saya langsung ya? Atau SMS, kalau tidak sempat telepon? Sejak kapan begitu ribet? Ada SBY, ada Komisi XI DPR RI? Alarm saya mulai berdering, seperti ada yang tidak beres. Oke, saya ikuti terus permainan mereka. Saya telepon nomor ajudan, diangkat dan dia tidak banyak cerita. Dia seperti membawa hapenya ke Pak SDA, lalu Menag bertanya: ’’Ini sudah Pak Don?’’ Saya mendengar nada itu.

Menag palsu itu baru memegang telepon ajudan, lalu memberi salam kepada saya, alarm saya semakin kencang getarannya. Assalamualaikum-nya sedikit terpeleset. Ah, pikir saya, tidak lazim Menteri Agama kok salam saja pakai acara slip? Kayak mobil yang bannya gundul saja? Biasa, mengawali perbincangan dia berbasa-basi. Makin lama berhaha-hihi, semakin memperkuat ’’ketidakyakinan’’ saya.

Logatnya mirip, intonasinya oke, isu-isu tentang kementerian agama cukup menguasai, hiruk-pikuk politik juga nyambung. Hanya cara tertawanya kok janggal untuk seorang SDA. Terlalu kencang dan terlalu terbahak-bahak, lebih mirip bajak laut. Singkat kata, SDA mengundang saya bicara empat mata di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta, pukul 15.30. Saat dia telepon masih pagi, saya baru saja bermain basket di out door Senayan bersama anak-anak. Dia tidak mau bicara via telepon, karena banyak hal off the record yang ingin disampaikan. Its ok.

Satu jam setelah itu, dia telepon lagi. Kali ini lebih blak-blakan. Salamnya sudah lebih lancar, tetapi untuk kelas seorang Menag, menurut saya masih kurang fasih. Itu tidak lazim, dan tetap saja membuat alarm saya meraung-raung. Apalagi, di sesi kedua pembicaraan itu, dia ngomong terus-terang: ’’Saya kan sudah anggap Dik Don seperti adik saya sendiri.

BARU kali ini, saya mendengar model penipuan yang terskenario rapi, terprogram seperti original, betul-betul seindah warna aslinya. Daya kecohnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News