KISAH HEROIK! Portugis, Spanyol dan Belanda Mati-matian Merebut Barnavel

KISAH HEROIK! Portugis, Spanyol dan Belanda Mati-matian Merebut Barnavel
Benteng Barnavel. FOTO: Malut Post/JPNN.com

jpnn.com - BARNAVEL. Adalah salah satu benteng peninggalan bangsa penjajah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Portugis membangun benteng ini tahun 1558. Sempat dikuasai Spanyol, benteng ini lalu diabadikan menggunakan nama Belanda. Menjadi saksi perjalanan bangsa, butuh 69 tahun bagi pemerintah Indonesia untuk mulai melirik lagi situs sejarah ini.

SAHRIL SAMAD, Labuha

Di tengah kota Labuha, Bacan, Halmahera Selatan, berdiri gagah sebuah bangunan bersejarah. Tembok-tembok yang mengelilinginya masih utuh. Begitu pula empat buah meriam yang masing-masing terletak menghadap ke empat arah mata angin berbeda.

Warga mengenal bangunan itu sebagai Benteng Barnaveld. Nama lengkapnya, Fort Oldebarneveld te Batjan op de Molukken.

Nama Belanda. Tapi benteng yang terletak di Jalan Benteng Bernaveld RT/RW 04/08 Desa Amasing Kota ini merupakan benteng buatan Portugis. Meski ketika dibangun pada 1558, bangunan ini awalnya difungsikan sebagai pusat penampungan rempah-rempah.

”Di masa kepemimpinan Sultan Muhammad Ali, rempah-rempah adalah barang mewah di Eropa yang mahal harganya. Karena harganya yang sangat tinggi, para pedagang berbondong-bondong berusaha mati-matian membawanya ke Eropa,” ungkap Salim MA Kamarullah, Ketua Yayasan Peduli Lippu (Negeri), kepada Malut Post (JPNN Group), Rabu (27/7).

Oleh karena itu, Portugis sebagai bangsa Eropa yang pertama kali menginjakkan kaki di Bacan membangun sebuah tempat penampungan rempah. Bangunan itu disebut Loji, dan menghadap ke arah laut.

Kehadiran bangsa Eropa lain, yakni Spanyol, membuat perdagangan rempah menjadi sebuah persaingan. Loji pun direnovasi menjadi sebuah benteng pertahanan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News