18 Desa Kekeringan dan Krisis Air Bersih

 18 Desa Kekeringan dan Krisis Air Bersih
Krisis air bersih saat kekeringan. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, PACITAN - Ancaman bencana kekeringan di Pacitan, Jatim kian mengkhawatirkan. Hingga pertengahan musim kemarau ini, statistik desa yang mengajukan pengedropan (dropping) air bersih terus meningkat.

Jumlahnya lebih dari separo (18 desa) dari 28 desa yang kekeringan pada tahun lalu.

"Jumlah (desa terdampak kekeringan, Red) diprediksi terus meningkat. Padahal, puncak kemarau diperkirakan September mendatang," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan Pujono.

Jika prediksi itu tepat, musim hujan baru berlangsung awal Oktober. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, prakiraan kemarau tahun ini relatif lebih panjang.

Jumlah desa yang mengajukan dropping air bersih pun bisa melampaui tahun lalu. "Dampak kemarau yang lebih lama," ujarnya.

Menurut Pujono, mayoritas desa yang mengajukan dropping berada di wilayah perbukitan dengan lahan karst. Kontur tanah berbatu sulit menyimpan air.

Sedangkan sumber mata air tak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa setempat.

Parahnya, perusahaan daerah air minum (PDAM) sejauh ini masih kesulitan untuk menjangkau desa-desa di ketinggian tersebut.

Menyesuaikan dengan kemampuan maka BPBD mendistribusikan lima truk tangki air bersih setiap hari ke daera yang mengalami kekeringan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News