2 Jurnalis Musuh Pemerintah Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2021

2 Jurnalis Musuh Pemerintah Raih Hadiah Nobel Perdamaian 2021
Maria Ressa, salah satu jurnalis yang dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian 2021. Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Eloisa Lopez/djo

jpnn.com, STOCKHOLM - Dua jurnalis yang karyanya telah memicu kemarahan otoritas di Filipina dan Rusia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian sebagai penghormatan atas hak untuk kebebasan berbicara yang terancam di seluruh dunia.

Ketua Komite Nobel Norwegia Berit Reiss-Andersen mengaktakan, Maria Ressa dan Dmitry Muratov diberi penghargaan atas perjuangan mereka yang berani demi kebebasan berekspresi di Filipina dan Rusia

"Pada saat yang sama, mereka akan perwakilan dari semua jurnalis yang membela cita-cita tersebut di dunia di mana demokrasi dan kebebasan pers menghadapi kondisi yang semakin buruk," kata Reiss-Andersen dalam konferensi pers, Jumat (8/10).

Hadiah Nobel Perdamaian itu pertama kali diberikan kepada jurnalis sejak Carl von Ossietzky dari Jerman memenanginya pada tahun 1935 karena mengungkap program rahasia persenjataan kembali negaranya pascaperang.

"Jurnalisme bebas, independen, dan berbasis fakta berfungsi untuk melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan, kebohongan, dan propaganda perang," kata Reiss-Andersen.

Muratov adalah pemimpin redaksi surat kabar investigasi Rusia Novaya Gazeta, yang telah menentang Kremlin di bawah Presiden Vladimir Putin dengan penyelidikan atas kesalahan dan korupsi. Ia juga secara ekstensif meliput konflik di Ukraina.

Dia adalah orang Rusia pertama yang memenangi Hadiah Nobel Perdamaian sejak pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev, yang membantu mendirikan Novaya Gazeta dengan uang yang dia terima saat memenangi penghargaan itu pada 1990.

Sementara Ressa mengepalai Rappler, sebuah perusahaan media digital yang ia dirikan bersama pada tahun 2012. Media itu tumbuh menonjol lewat liputan investigasi, termasuk pembunuhan skala besar selama kampanye polisi melawan narkoba.

Inilah dua jurnalis peraih hadiah Nobel Perdamaian 2021 yang justru dibenci di negara mereka sendiri

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News