37 Derajat

Oleh Dahlan Iskan

 37 Derajat
Foto/ilustrasi: disway.id

Masyarakat penuh di sepanjang jalan yang dilewati. Yang lapisan terdepan duduk bersila. Atau bersimpuh. Dengan sikap hormat pada raja. Dua tangan ditangkup di wajah.

Demikian juga beberapa baris di belakangnya. Hanya di simpang-simpang empat barisan masyarakat sampai jauh ke belakang. Yang bagian belakang itu sikapnya agak rilek. Melambai-lambaikan bendera kecil kuning atau bendera Thailand.

Ada juga yang bersorak dan berteriak.

Di jalan raya yang dua jalur, lebih rapi. Satu jalur untuk barisan raja. Satu jalur lagi untuk masyarakat. Penuh. Berbaju kuning. Duduk rapi memanjang.

Barisan Raja itu sendiri panjangnya hampir setengah kilometer. Paling depan adalah kuda. Hanya dua. Berwarna putih.

Dengan langkah kaki yang dilatih khusus. Sangat pelan. Di samping kuda itu dua orang berbaris. Ini yang membedakan dengan di kerajaan di Eropa. Yang menempatkan kuda lebih penting dan atraktif.

Di belakang kuda inilah peleton khusus kerajaan berbaju merah dengan topi hitam tinggi. Mirip tentara penjaga kerajaan di Inggris itu.

Di belakangnya lagi peleton-peleton berbagai pasukan. Dengan pakaian khas kerajaan masing-masing peleton.

Panas. Menyengat. Lembab. Kemringet. Suhu udara 37 derajat. Matahari seperti turun lebih dekat ke bumi. Saya tidak kuat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News