ABK yang Nyaris Disandera Abu Sayyaf Itu Sedih

ABK yang Nyaris Disandera Abu Sayyaf Itu Sedih
Royke Fransy Montolalu, akhirnya bisa menggendong si buah hati dan berkumpul bersama keluarga. Foto: Willy Kalesaran/Manado Post

jpnn.com - MANADO - Suasana di terminal kedatangan Bandara Sam Ratulangi, Manado, Minggu (24/4) sekitar pukul 23.15 WIT, mendadak ramai. Tiba-tiba, isak tangis terdengar. Seorang pria dikerumuni banyak orang, sepertinya keluarganya.

Dia berambut gondrong, sebahu. Tinggi sekira 170 cm. Berkulit kecokelatan. Memakai jeans biru gelap dan kaus hitam, dilapisi jaket biru bergaris merah. Pria itu mengenakan topi. Terkesan sengaja untuk menutupi identitasnya. 

Namun, 'penyamarannya' tak berlangsung lama. Dia, Royke Frans Montolalu, ketahuan. Apalagi, rencana kedatangannya semalam dari Jakarta, sudah tercium awak media. Suasana di terminal kedatangan, mendadak ramai. Montolalu yang sempat menjadi sandera Abu Sayyaf, tiba di Manado. Menumpang di pesawat Lion Air JT 730. 

Tak banyak yang mengenal awak kapal Tugboat (TB) Henry. Dengan gaya menyamar, sulit dikenali. Namun, isak tangis keluargalah yang membuat suasana terfokus pada momen penuh haru itu. Bahkan, keluarga penjemput lainnya terlihat bingung. Apalagi kehadiran puluhan wartawan. 

Terlihat jelas, raut wajah sedih bercampur bahagia menghapus sejenak rasa lelah dan penat selama perjalanan. Motolalu bergegas menjumpai keluarga tercinta. Rasa rindu tak tertahankan. Ia langsung memeluk Ririn Suroso dan Putri Montolalu, anaknya. 

Montolalu tiba di Manado seorang diri. Tidak ada pengawalan aparat, dan pendampingan dari perusahaan. “Ada (perusahaan). Tapi hanya sampai di Balikpapan saja,” katanya, dengan suara sedikit berat. 

Ia mengaku sangat bahagia bisa kembali ke Manado. Paling utama melihat isteri dan anak. “Saya sangat beruntung bisa melarikan diri bersama empat rekan. Saya pun sedih melihat teman yang tertembak, dan terus berdoa teman lainnya yang disandera cepat dibebaskan,” ujarnya, seperti dikutip dari Manado Post, Senin (25/4).

Baginya, itu kenangan yang tidak pernah dia lupa. Bisa lolos dari penyanderaan. “Tapi ini tidak membuat saya kapok melaut. Saya masih ingin melaut,” ucapnya tegas, saat ditanya apakah dengan peristiwa itu masih ingin melaut. “Hanya saja, saya masih ingin bersama-sama dengan keluarga dulu,” sambungnya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News