Abu Vulkanis Gunung Agung tak Boleh Diremehkan, Ini Buktinya

Abu Vulkanis Gunung Agung tak Boleh Diremehkan, Ini Buktinya
Suasana di kawasan Pura Pasar Agung Karangasem yang berjarak 1 km dari Gunung Agung,Tanaman yang mati akibat hujan abu yang mengandung zat belerang. Foto: RAKA DENNY/JAWA POS

Namun, tidak berarti tak ada suplai magma sama sekali. Juga tidak mengartikan bahwa aliran lava yang mengisi kawah berhenti total. ”Suplai masih ada terus,” kata Kasbani.

Menurut pria berkumis tebal itu, lava masih terus mengisi kawah Gunung Agung. Hanya, pertumbuhannya melambat.

Tidak secepat sebelumnya. Selain itu, sejumlah data mengindikasikan telah terjadi penurunan suhu lava yang ada di permukaan.

Tidak hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan lava, kondisi itu juga menyebabkan glow atau sinar api relatif lebih jarang teramati.

”Saat ini sebagian (lava) sudah mengeras. Jadi, sinar api semakin berkurang,” ucap Kasbani. Tapi, asap yang teramati menyembur dari puncak kawah Gunung Agung tetap harus diwaspadai.

Apalagi jika disertai abu vulkanis seperti terjadi kemarin. Sebab, abu vulkanis sangat berpotensi menjadi lahar hujan atau lahar dingin.

Berkaitan dengan semburan asap tebal kemarin, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana menyampaikan bahwa asap tersebut keluar disertai abu vulkanis.

”Tapi, abunya masih tipis dan sebarannya masih di sekitar puncak,” terang dia.

Gejolak yang terjadi di dalam tubuh Gunung Agung belum selesai. Gejolak tersebut juga mengindikasikan pergerakan magma ke permukaan kawah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News