Agar Aman, Penjual dan Pembeli Dibatasi Besi Teralis
Jumat, 19 Maret 2010 – 04:11 WIB
Rasscall memang nekat. Mereka mencari korban-korban yang mudah didapatkan. Mereka tak mau bersusah-susah. "Istilahnya, tidak mau susah-susah untuk mendapatkan uang atau barang rampokan," ujar Hakim. Jika dibandingkan dengan perampokan di kota-kota besar negara lain yang menggunakan peralatan dan teknik, tidak demikian halnya dengan rasscall di Port Moresby.
"Bahkan, dalam beraksi, mereka tidak segan-segan melakukan kekerasan dan pembunuhan. Peralatan yang digunakan sering adalah pisau pemotong rumput atau sejenisnya. Kadang juga mereka menggunakan senjata api. Kriminalitas seperti ini sering terjadi di kota-kota besar di PNG, seperti di Port Moresby, Lae, dan Mt Hagen.
Mereka tidak hanya beraksi di permukiman. Toko dan supermaket juga menjadi sasaran rasscall. Tidak heran jika para pemilik toko atau supermaket melengkapi dengan pagar tinggi. Bahkan, transaksi antara pembeli dan penjual dibatasi dengan besi teralis. "Transaksi seperti biasa, tapi ada pembatasnya. Kita bayar, mereka kasih barang," kata seorang tim advance.
Abdul Hakim menambahkan, penjarahan supermarket merupakan pemandangan yang sering terjadi. Sasaran utama memang supermarket. Mereka juga aksi pembobolan ATM.
Jika datang ke Port Moresby, ibukota Papua Nugini (PNG), harus ekstra hati-hati. Ancaman aksi kriminalitas tak mengenal waktu. Berikut catatan wartawan
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor