Airplane Mode ke Kecamatan Sembilan Warna

Oleh Dahlan Iskan

Airplane Mode ke Kecamatan Sembilan Warna
Dahlan Iskan di antara tanaman quinoa di pegunungan Qinghai pada ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut. Foto: disway.id

Jiuzhaigou.
Keindahan dunia.
Di ketinggian sorga.
Yang kini lagi menderita.
Akibat gempa.
Jiuzhaigou.

Saya datang ke sana. Dengan pesawat tengah malam. Yang terbang tidak lagi tiap hari. Turisme lagi sepi.

Saya datang ke bagian yang tidak ditutup. Di kecamatan itu. Yang jalan-jalannya tidak putus. Yang telaga-telaganya juga berbeda-beda warna. Yang air terjunnya tidak kalah indahnya.

Nama kampung ini: Huang Long. Naga Kuning. Tempat wisata yang masih tersisa. Yang hotel-hotelnya begitu sepinya. Yang toko-toko ditinggalkan pembelinya. Yang bangunan-bangunan baru  tampak mangkraknya. Yang jalan-jalannya penuh luka.

Saya tidak boleh olahraga di hotel sepi ini. Tidak ada fasilitas gym-nya. Tidak cukup oksigennya.

Jalan kaki pun tidak boleh tergesa. Agar tidak tersengal di dada. Begitu tipis oksigen di tempat tinggi seperti ini.

Janganlah.
Apalagi berolahraga.
Sedih.
Saya tidak bisa berolahraga.

Untung saya cocok dengan makanannya. Yang di restoran suku asli Zang Zu.

Tidak ada lagi yang satu ini: larangan buka HP. Tidak ada lagi perintah mematikan HP. Pun saat mau take off. Maupun landing.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News