Ali Tazkiapreneur

Oleh Dahlan Iskan

Ali Tazkiapreneur
Foto: disway.id

"Banyak orang tua murid yang pengusaha. Jangan sampai gara-gara anaknya sekolah di pesantren tidak mampu meneruskan usaha orang tua," ujar Ali Wahyudi.

Tokoh kita ini orang Madura --maksud saya: dari pedesaan luar kota Pamekasan.

Ali Wahyudi dari keluarga Nahdlatul Ulama. Ia lulusan SMAN di kotanya. Merangkap belajar agama di pondok setempat.

Dari Pamekasan ia masuk fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Muhammadiyah Malang --universitas terbesar di lingkungan Muhammadiyah, yang umumnya besar-besar itu.

Ayahanda Ali Wahyudi petani. Ibunya yang pengusaha: toko mracangan di desanya.

Tokoh kita dari Madura ini bisa menangkap fenomena baru di masyarakat --khususnya masyarakat Islam. Yang ekonomi mereka sudah sangat baik. Yang jumlahnya sudah sangat besar. Yang menginginkan anak mereka lebih baik lagi.

Anak dari kelompok ini sudah biasa hidup di rumah bagus. Dengan fasilitas bagus. Dengan makan yang bergizi.

Kelompok ini juga kian sulit mendidik anak mereka sendiri --karena sibuk. Namun mereka juga tidak mau anak mereka tidak paham agama.

Kalau dulu Batu hanya dikenal sebagai pusat pengkajian Kristen, kini juga pusat pendidikan Islam. Al Izza, dan lalu Tazkia, ikut membentuk wajah baru Batu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News