Analisis Khairul Fahmi soal Anggaran Belanja Alutsista Rp 1,760 Triliun

Analisis Khairul Fahmi soal Anggaran Belanja Alutsista Rp 1,760 Triliun
Pameran Alutsista TNI. ILUSTRASI. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sementara, dalam Ranperpres yang diwacanakan, pemerintah berupaya menjaga konsistensi belanja alutsista secara maksimal dengan pengadaan yang ditarik ke depan.

Persoalan utama selama ini, kata Khairul, adanya perlambatan pengadaan alutsista berdasarkan data 2015-2019, padahal Indonesia memiliki Minimum Essential Force (MEF) sejak 2007.

Khairul lantas menyinggung sejumlah rencana belanja yang nyatanya juga mangkrak sampai hari ini. Sebagai contoh, katanya, wacana pembelian Sukhoi SU-35.

Selain itu, soal penambahan kapal selam baru. Dia mempertanyakan apakah Indonesia melanjutkan kerja sama dengan Korea Selatan atau membuka kesempatan bagi negara-negara lain.

"Sehingga target yang mestinya dicapai pada akhir renstra II pada 2019 itu tidak tercapai," ucap Khairul.

Dia menjelaskan dari yang tidak tercapai itu, terlihat ada kesenjangan realisasi antara TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Misalnya, kata Khairul, matra darat mendekati 80 persen, sedangkan matra udara belum sampai 50 persen.

"Artinya, tidak berimbang. Ini yang kemudian dibenahi melalui masterplan yang sedang disusun melalui rancangan perpres ini, menyiapkan rancangan kebutuhan, roadmap, business plan-nya," ujar Khairul.

Namun demikian, dia berharap Ranperpres itu bisa memuat lampiran berupa rencana kebutuhan alutsista yang visioner dan menjawab tantangan masa depan.

Selain anggaran, pengamat militer ISESS Khairul Fahmi juga menanggapi adanya mafia Alutsista.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News