Andhika Thatcher

Oleh Dahlan Iskan

Andhika Thatcher
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kiper itu sampai 12 kali menyelamatkan gawang Persebaya. Pun sampai menit-menit terakhir. Tegangnya bukan main: Persija menggempur habis-habisan.

Baca Juga:

Namun, kiper itu selalu saja berhasil menangkap bola.

Begitu peluit panjang berbunyi, sang kiper berjalan menuju tengah lapangan. Langkahnya gontai. Lalu tersungkur ke tanah. Dia menangis.

"Saya teringat ibu. Saya menangis untuk ibu," ujar Andhika Ramadhani, sang kiper. Umurnya baru 21 tahun.

Dia kiper cadangan, itu pun cadangan kedua (kiper ketiga). Semestinya amat kecil peluang bagi dirinya untuk bisa tampil. Kalaupun kiper utama berhalangan, masih ada kiper cadangan.

Itulah yang jadi topik tulisan ini. Takdir. Bukan tentang Persebaya.

Kiper utama Persebaya ternyata cedera. Agak berat. Sampai Maret tahun depan pun belum tentu bisa pulih.

Kiper cadangan tiba-tiba dipanggil PSSI untuk ikut pemusatan latihan bagi tim nasional.

Andhika adalah contoh klasik pesepak bola Indonesia: dari keluarga miskin. Sejak kecil ia hanya hidup berdua dengan ibunya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News