Anwar Ibrahim & Islam Moderat

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Anwar Ibrahim & Islam Moderat
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Foto: Reuters

Saat Malaysia dilanda krisis finansial Asia pada 1997-1998, Anwar yang saat itu menjabat di Kementerian Keuangan merumuskan pendekatan ekonomi dan menolak talangan bantuan pemerintah untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan yang kesulitan dana. Langkah itu membuahkan hasil dan memperbaiki situasi ekonomi di negara itu.

Namun, tindakannya itu tidak mendapat sambutan hangat dari Mahathir Mohamad dan sekutunya. Anwar dicopot dari pemerintahan dan (UMNO) pada 2 September 1998.

Setahun kemudian dia dipenjara. Persidangan dan penahanannya mengundang kecaman internasional yang mencirikan dakwaan terhadapnya bermotif politik.

Anwar dituduh telah melakukan sodomi oleh seorang pembantu laki-laki. Namun, dia menepis tudingan itu dan mengatakan  tuduhan tersebut bertujuan untuk mencopotnya dari jabatan pemimpin oposisi.

Pengadilan Ia dibebaskan pada 2004 ketika pengadilan tinggi memutuskan bahwa bukti yang digunakan untuk menghukumnya tidak cukup kuat.

Namun, Anwar kembali dijerat dengan kasus sodomi lagi. Pada 2015 dia dipenjara dan baru bebas pada 2018.

Pada September 2018, Anwar kembali ke parlemen ketika memenangi pemilihan sela di Port Dickson, Negeri Sembilan. Dia memperoleh suara mayoritas.

Saat mengepalai Kaukus Reformasi dan Tata Pemerintahan di Parlemen Malaysia, Anwar berjanji akan mengangkat lembaga wakil rakyat itu sebagai institusi penyeimbang yang efektif dan tidak korup dalam upaya memperbaiki dan menciptakan sistem baru bagi negara

Anwar Ibrahim merumuskan Renaisans Asia dengan mengambil jalan tengah di antara dua ekstrem. Dia menerapkan prinsip tawasut sebagai jalan perjuangannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News