Arab Yahudi

Oleh: Dahlan Iskan

Arab Yahudi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Baru kira-kira dapat 20 km, ia mencoba mengejar satu mobil di depan.

Ternyata ia mau bicara dengan mobil itu. Sambil sama-sama melaju. Saya tidak paham pembicaraan itu. Tetapi saya paham maksudnya: apakah mobil itu juga menuju Sharma.

Saya pun menduga-duga apa maksud pembicaraan itu. Mungkin saya akan dititipkan ke mobil itu. Agar efisien. Untuk apa dua mobil sama-sama menuju Sharma dengan kursi kosong.

Saya lega. Mobil itu tidak menuju Sharma. Saya terhindar jadi barang titipan.

Tetapi masih ada mobil lain yang mengarah ke barat. Ia kejar lagi satu mobil. Seperti Hiace tetapi bagian belakangnya tertutup. Jelas ini mobil angkutan barang titipan. Ada nama perusahaan logistik di luarnya.

Setelah saling teriak dari dalam mobil keduanya minggir. Rupanya ada keserasian pikiran. Saya pun ditransaksikan. Sopir Hiace melirik saya.

Mungkin menduga-duga berapa kilogram berat badan saya. Harga pun disepakati. Saya dihargai 50 riyal.

Saya paham apa yang terjadi. Anggap saja sesama pedagang. Saya diminta turun. Diminta pindah ke mobil angkutan itu. Duduk di depan. Saya nurut saja. Tanpa kata-kata.

Saya berterima kasih ada orang sepintar itu. Sudah seperti Yahudi, bahkan saya sulit berpendapat pintar mana Arab dan Yahudi. Dalam hal berdagang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News