AS-Eropa Sepakat Sanksi Berat Libya

AS-Eropa Sepakat Sanksi Berat Libya
Kelompok bersenjata anti-Moammar Khadafi. Foto: AP Photo/Hussein Malla

Kepedulian dunia terhadap krisis di Libya memang beralasan. Sebelum kerusuhan meluas, ada sekitar 1,5 juta warga asing yang tinggal di Libya. Kemarin Turki menyatakan sudah mengevakuasi 18 ribu warga dari negara Kadhafi tersebut. Selain itu, ada 20 ribu tenaga kerja Tiongkok dan 10 ribu warga Eropa yang langsung pulang kampung. Puluhan ribu warga asing lainnya melarikan diri ke negara-negara yang berbatasan dengan Libya. Di antaranya, Tunisia dan Mesir.

Dewan Keamanan PBB juga sudah memerintahkan Mahkamah Internasional untuk meneliti kemungkinan adanya pelanggaran HAM di Libya. Langkah itu merupakan kali kedua yang dilakukan PBB. Yang pertama terjadi pada 2005 ketika mereka menyidik pembunuhan masal di Darfur, Sudan, sebagai kejahatan perang.

Sementara itu, tanda-tanda perang sipil terus menguat di Libya. Dua pihak yang berlawanan "antara yang pro-Kadhafi dan anti-pemerintahan" terus unjuk kekuatan. Musuh-musuh Kadhafi, termasuk di antaranya tentara yang membelot, menduduki kawasan timur negeri tersebut. Mereka juga menguasai sejumlah infrastruktur minyak. Sementara itu, Kadhafi dan pasukannya masih bertahan di ibu kota Tripoli dan kota-kota tetangganya. Dia masih di-back up pasukan keamanan dan tentara bayaran yang persenjataannya lebih lengkap.

Di Zawiya dan Misrata, kota terdekat dengan Tripoli yang dikuasai oposisi, para demonstran terlibat bentrok dengan loyalis Kadhafi. "Rakyat menanti pasukan Kadhafi datang. Insya Allah, kami akan kalahkan mereka," seru Alaa, salah seorang warga Zawiya, sekitar 50 kilometer di barat Tripoli. Di kota itu, warga memang terus berjaga-jaga untuk mengantisipasi serangan balik tentara Kadhafi.

JENEWA - Desakan terhadap pemimpin Libya Muammar Kadhafi untuk segera mundur dari puncak pemerintahan yang sudah dikangkanginya selama 40 tahun terus

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News