Asrama Indonesia Merdeka, Titik Tolak Proklamasi yang Terlupakan

Asrama Indonesia Merdeka, Titik Tolak Proklamasi yang Terlupakan
Para pemimpin di Asrama Indonesia Merdeka, termuat dalam buku Jejak Intel Jepang. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Mula-mula mereka membahas nama sekolah yang akan didirikan. Maeda mengusulkan sekolah itu diberi nama Y Sei Juku.

Y Sei, menurut Maeda, merupakan kata pertama dari instruksi Kaisar Jimmu dan secara harfiah, menurut K Jien (kamus) terbitan Shoten Iwanami, Y Sei berarti untuk menumbuhkan keadilan. 

Di samping itu, pengucapan Y Sei nyaris serupa dengan yosei yang berarti untuk melatih.

Yoshizumi menolak usul Maeda itu. Menurutnya, tidak taktis menuntut orang Indonesia menggunakan nama berbahasa Jepang. Mengingat realitas pada masa itu, banyak orang Indonesia membenci Jepang karena dipaksa berbahasa Jepang dan setiap upacara memberi hormat ke arah istana kerajaan Jepang di Tokyo.

“Jika Maeda menyukai nama Yosei Juku biarlah. Tapi sebaiknya kita menggunakan nama Indonesia," kata Yoshizumi, sebagaimana dicuplik dari buku Jejak Intel Jepang.

Hal senada juga disampaikan Shigetada Nishijima ketika diwawancara oleh Greg Poulgrain pada Agustus 1983 di Tokyo. Petikan wawancaranya dimuat dalam buku The Genesis of Konfrontasi Malaysia Brunai Indonesia 1945-1965.

Ketika dimintai pendapat, Soebardjo mengusulkan sekolah itu diberi nama Asrama Indonesia Merdeka. 

“Asrama Indonesia Merdeka. Indonesia Merdeka…nama itu sama dengan yang saya berikan kepada majalah bulanan Perhimpunan Indonesia, perkumpulan mahasiswa Indonesia di Nederland, yang pimpinan redaksi majalah ini dipercayakan kepada saya,” tulis Soebardjo dalam Kesadaran Nasional.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News