Bamsoet Menyoroti Persoalan Pertahanan Siber Indonesia di Era Digitalisasi

Bamsoet Menyoroti Persoalan Pertahanan Siber Indonesia di Era Digitalisasi
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo berharap BSSN membuat program mitigasi untuk memperkecil risiko serangan siber. Foto: Humas MPR RI

Dari jumlah serangan itu, tercatat ribuan potensi serangan siber yang ditujukan kepada Istana Negara, termasuk Presiden Jokowi.

Tak hanya serangan siber melalui malware, BSSN mendeteksi anomali sinyal elektromagnetik yang berasal dari sekitar lokasi Istana Negara.

Belum lama ini, Kementerian Dalam Negeri mengakui, hampir 200 juta data kependudukan terancam hilang.

Potensi hilangnya ratusan juta data kependudukan itu disebabkan perangkat keras milik Direktorat Jenderal (Ditjen) Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) sudah usang.

Bamsoet menjelaskan, Ditjen Dukcapil belum bisa melakukan peremajaan dan penambahan perangkat karena belum tersedia anggaran.

Pada Desember 2021, publik dikejutkan oleh informasi tentang peretasan data Bank Indonesia cabang Bengkulu. 

"Bersyukur bahwa data yang diretas oleh kelompok ransomware Conti itu tidak menyangkut data kritikal," ungkapnya.

Namun, publik mencatat bahwa kasus peretasan data Bank Indonesia oleh hacker menambah panjang daftar pembobolan data pada institusi negara.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyoroti persoalan pertahanan dan keamanan siber Indonesia di era digitalisasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News