Bantah Klaim Gibran soal Food Estate, WALHI: yang Ada Justru Kegagalan

Bantah Klaim Gibran soal Food Estate, WALHI: yang Ada Justru Kegagalan
Diskusi bertema Analisa Debat Cawapres Ke 4: Dari Etika Sampai Food Estate, di Sadjoe Cafe & Resto, Tebet, Jakarta Selatan pada Rabu (24/1/2024). Foto: supplied

"Intensifikasi ini pemikiran yang setback yang digunakan tahun 60-an dan 50-an yang merusak alam dan merusak lingkungan," ucapnya.

Namun, ide semacam itu justru disampaikan oleh Gibran, anak muda yang bukan orang tua yang lahir di zaman itu.

Kemudian, Dwi juga menyampaikan peruntukan nikel untuk baterai bagi Indonesia, itu baru diekspor tahun lalu. Sebelumnya nikel di dalam negeri dipakai untuk industri stainless steel.

"Indonesia baru secara resmi mengekspor nikel sulfat pada bulan Juni tahun lalu. Belum lagi persoalan keselamatan kerja dalam industri nikel kita," tuturnya.

Yang lebih parah lagi, kata Dwi, istilah Greenflation yang disinggung Gibran dalam debat cawapres, itu justru banyak dipakai oleh pihak-pihak yang menentang solusi menghadapi perubahan iklim.

"Jadi, istilah Greenflation itu dipakai untuk melawan gerakan yang melawan perubahan iklim atau perusak lingkungan," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa Greenflation ini adalah inflasi akibat dari biaya yang tidak ditanggung atau masuk dalam skema biaya produksi, yang menanggung justru alam dan orang-orang yang di sekitar tambang.

"Mereka yang tinggal tinggal di sekitar PLTU yang tercemari, yang tidak dimasukkan ke dalam skema biaya produksi listrik misalnya. Hal itu dilakukan semata-mata demi meraih keuntungan," lanjutnya.

Klaim Gibran Rakabuming Raka soal keberhasilan Food Estate dibantah Manajer Kampanye Infrastruktur dan Tata Ruang WALHI Dwi Sawung. Simak ulasannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News