Baru Sadar, Indonesia Jauh Lebih Tahan Siksa Bencana

Baru Sadar, Indonesia Jauh Lebih Tahan Siksa Bencana
Baru Sadar, Indonesia Jauh Lebih Tahan Siksa Bencana

Nia Niscaya yang mewakili Menparekraf Mari Elka Pangestu dan Wamen Sapta Nirwandar pun shock. Dia juga baru tahu, ketika sudah menginjakkan kaki di New York. Saat transit di Frankfurt, Jerman, selama dua jam dua puluh menit dan transit di Changi, Singapore 2 jam, belum ada info pembatalan itu. "Ya, mau gimana lagi? Kita maksimalkan promosi Indonesia selama berada di New York, kita harus pintar-pintar," ungkap jebolan FH Unair Surabaya itu.

Betul-betul saya baru sadar, bahwa orang-orang Indonesia ternyata jauh lebih tahan banting, dan lebih tabah menghadapi "cubitan" Tuhan yang bernama "bencana alam." Fasilitas publik jauh lebih cepat dibandingkan dengan di AS sekalipun. Terlepas dari faktor alam seperti cuaca, suhu yang sampai 2 derajad Celcius, yang membuat pedih di mata dan kering di kulit.

Apalagi kalau melihat alasan paling fundamental, mengapa New York Marathon itu dicancel? Seperti yang diumumkan Walikota New York, Michael Bloomberg dan Direktur Marathon, Mary Wittenberg. Mereka menyebut,  warganya protes. Mereka mengancam akan mengacaukan marathon legendaris dunia itu. Mereka akan demo di start line, mereka akan memblokir mill ke-26,2. Mereka mengecam, pesta olahraga lari jarak jauh itu sebagai acara hura-hura yang tidak berempati pada mereka yang sedang dirundung nestapa bencana.

Kedengarannya lebai, memang. Tetapi, ya mungkin begitulah, semakin maju sebuah negara, semakin kuat civil society. Semakin besar penghargaan terhadap hak-hak publik, dan hak-hak warga negara untuk diperlakukan secara manusiawi. Negara harus punya prioritas dan komitmen.

SUNGGUH, saya sangat bersedih. Begitu Singapore Airline SQ-26 yang saya tumpangi mendarat di John F Kennedy Airport, New York, AS, disambut dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News