Basarah Koreksi Kekeliruan Anggapan soal Bung Karno dengan Buku
Basarah mengatakan, saat dibuang pemerintah kolonial Belanda ke Ende Flores tahun 1934-1938, Bung Karno melengkapi dahaga keislamannya dengan membaca buku-buku tentang Islam.
Bung Karno juga berkorespondensi dengan Ahmad Hassan yang merupakan tokoh Persis dari Bandung.
Bahkan, ketika diasingkan pemerintah Belanda ke Bengkulu, Bung Karno diangkat menjadi ketua Majelis Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu pada 1938-1943.
Setelah itu, Bung Karno melakukan penggalian terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Hasil penggalian terhadap nilai-nilai asli kepribadian bangsa Indonesia itulah yang kemudian dikonseptualisasikan dan dipersembahkan sebagai mutiara terpendam kepada bangsa dan negara Indonesia.
Mutiara terpendam itu kemudian disampaikan dalam pidato di sidang BPUPK pada 1 Juni 1945.
Sidang tersebut berisi agenda pembahasan dasar negara Indonesia merdeka.
Saat itu, Bung Karno memberi nama lima dasar falsafah Indonesia merdeka itu dengan nama Pancasila.
Haul ke-47 Soekarno alias Bung Karno yang diselenggarakan Fraksi PDI Perjuangan di MPR tak hanya untuk mengenang presiden pertama Indonesia itu.
- Hasto: Olahraga Tidak Mengenal Jalan Pintas dan Politik Karbitan
- Suara Mengempis di Pileg 2024, Riyanta Ambil Formulir Cawagub Jateng dari PDIP
- Bersama Kader PDI Perjuangan dan Pemuda, Hasto Bawa Obor Api Abadi ke Lokasi Rakernas V
- Bobby Nasution Masuk Gerindra, Hasto PDIP Bilang Begini
- Hasto Jadi Peserta Rombongan Pembawa Obor Api Abadi Mrapen Menuju Lokasi Rakernas PDIP
- Bobby Merapat ke Gerindra, Hasto PDIP: Setiap Warga Berhak Berserikat dan Berkumpul