Berkat Kecerdikan Indah, Nela Kembali ke Pelukan Bunda

Berkat Kecerdikan Indah, Nela Kembali ke Pelukan Bunda
Petronela Nahak bersama kedua orang tuanya di rumahnya di Belu, NTT. Foto: BAYU PUTRA/JAWA POS

Akhirnya, atas saran Yanti, Nela memutuskan untuk tidak langsung mencairkan uangnya. Dia khawatir menyimpan uang di rumah akan mengundang aksi kejahatan.

’’Rencananya, uang itu akan saya buat memperbaiki rumah,’’ tutur Nela. Rumah sederhana tersebut akan dibongkar dan dibangun dengan tembok batu. Kemudian, Nela berniat membuka toko kelontong di halaman rumahnya.

Yang jelas, bermodal hasil kerjanya, gadis yang hanya lulus SD itu akan melanjutkan hidupnya di Indonesia.

Apa pun yang terjadi, dia kapok dan tidak ingin lagi menjadi pekerja migran. ’’Sudah cukup. Saya tidak mau lagi kembali ke Malaysia,’’ ucapnya.

Nela merupakan satu dari sekitar 200 ribu TKI asal NTT yang merantau ke berbagai negara. ’’Bisa saja lebih banyak karena yang ilegal tentu tidak terdata,’’ tutur Cecilia Kusuma, biarawati asal Atambua yang juga aktivis buruh migran.

Sejak 2004, ada sekitar 2.000 TKI yang nyaris menjadi korban human trafficking, tetapi berhasil digagalkan.

Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Kupang mencatat, sejak 2013–2017, ada 192 kasus kematian pekerja migran asal NTT.

Dari jumlah tersebut, hanya 31 orang yang memiliki dokumen. Sisanya tidak berdokumen. Sepanjang Januari–Februari, ada 11 kasus kematian pekerja migran asal NTT.

Petronela Nahak, biasa dipanggil Nela, mengalami nasib pilu saat menjadi TKW di Negeri Jiran Malaysia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News