Bersaing di Atas Langit, Go Digital, Go Professional

Bersaing di Atas Langit, Go Digital, Go Professional
Menpar Arief Yahya. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com - SYDNEY – Apa yang akan terjadi, ketika platform Digital Market Place (DMP) diterapkan di Indonesia? Menpar Arief Yahya membayangkan, siapa yang cepat menyalip yang lambat. Siapa yang agresif dan kreatif berpotensi mengalahkan yang biasa-biasa saja. “DMP ini memberi peluang yang sama buat semua pemain untuk mengemas kreasi paket yang terbaik,” ucap Menpar Arief Yahya. 

Semakin digital, semakin professional. Karena semua akan bertanggung jawab terhadap produk mereka sendiri-sendiri. Siapa yang mampu membuat improvisasi, dia akan memenangkan pertandingan, dan sukses. “Karena itu, konsep platform ini akan terapkan di Wisnus dulu, lalu secara parallel menggarap Wisman,” ujarnya.

Digital Marketing ini ibarat membuka pintu dan jendela selebar-lebarnya pada potensi pariwisata tanah air. Saat ini, 70 persen orang mencari tempat liburan itu melalui digital, karena mereka bisa membuka foto, grafis dan video dengan leluasa. Sudah aneh saja, melihat orang merencanakan liburan dan pergi ke kantor Travel Agent sendiri.

Nah, karena itu, semakin pintar membuat cerita destinasi, semakin berpeluang mendapatkan impression dari nettizen. Semakin bagus membuat grafis, desain, gambar dan tulisan, semakin banyak diikuti para pencari lokasi berwisata. “Semuanya menggunakan system online. Semua sudah digenggam, semua aplikasi ada di tangan, di handphone, sangat praktis,” jelas pengarang buku Great Spirit Grand Strategy dan Paradox Marketing yang menjadi best seller itu.

Digital itu, kata Arief Yahya, sudah menjadi basic need, sudah menjadi kebutuhan dasar manusia. Jadi sekarang kebutuhan hidup itu bukan hanya sandang, papan, perumahan saja. Ditambah smartphone dan wifi. “Nggak percaya? Oke deh, bolehkah saya pinjam HP Anda satu hari saja?” kata Menpar Arief Yahya. Jawabannya sudah pasti, tidak akan diizinkan. Jangankan satu hari, satu jam saja jempol dan jari tidak bermain di screen HP, sudah mati gaya. Karena informasi itu begitu cepat, begitu dekat.  

Yang kelihatan dari DMP itu adalah aplikasi, yang bisa didownload, dan setiap orang bisa menyimpan di wall-nya. Aplikasi itulah yang tahun pertama harus digeber dengan promosi besar-besaran, agar dikenal di seluruh dunia, dan orang mau mendownload secara gratis melalui multi devices, baik via IOs, Android maupun di personal computers (PC). “Itu akan kita promosikan melalui jaringan kerjasama Kemenpar yang sudah ada, seperti Google, Baidu, TV-TV dunia, media cetak, dan lainnya,” ungkap peraih Marketeer of The Year 2013 oleh MarkPlus itu.

Bagaimana pengelolaannya DMP itu? Arief Yahya tertarik dengan apa yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Australia. Kemenpar hanya bermain regulator, mengatur saja. Tidak masuk ke level operasional, karena itu menyangkut soal tugas dan fungsi pemerintah. Biarkan operatornya ditangani secara professional oleh para ahli digital dan menjadi domain private sectors. “Data warehouse-nya dimiliki Kemenpar, industry-nya bebas dan boleh mengakses foto dan video di www.indonesia.tarel,” kata pria yang lahir di Banyuwangi, Jawa Timur itu.

Kemenpar juga akan mengerahkan seluruh Kadispar Provinsi untuk terus meng up date perkembangan data-data dari daerahnya. Dari data-data itu, bisa disusun paket-paket baru yang semakin banyak dan beragam. “Kita punya banyak atraksi kok, tinggal secara simultan, dikerjakan bersama-sama soal akses dan amenitas. Tiga A itu akan menentukan kesiapan destinasi untuk menyambut era digital yang akan datang lebih cepat dari yang diduga orang,” kata Arief Yahya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News