Besesandingon, Social Distancing ala Orang Rimba sudah Jadi Tradisi Sejak Dulu

Besesandingon, Social Distancing ala Orang Rimba sudah Jadi Tradisi Sejak Dulu
Anak-anak Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas. Foto: Humas KLHK

Mereka hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya selama berbulan-bulan. Mereka kembali ke tempat semula ketika rasa berduka sudah hilang atau terlupakan.

Untuk pelayanan kesehatan, mereka bisa mendapatkannya di puskesmas terdekat. Selain itu, TNBD juga mempunyai program bersama dengan klinik perusahaan setempat yaitu " puskesmas berjalan".

"Jadi tim medis yang mendatangi ke lokasi bermukim kelompok di dalam kawasan TNBD. Sudah ada juga akses ke RSUD, dan Puskesmas dengan bebas biaya untuk suku anak dalam," tutur Haidir.

Suku anak dalam yang bermukim di dalam kawasan TNBD ada 13 kelompok Temenggung, dengan 718 KK dan 2.960 jiwa (Hasil sensus TNBD bersama BPS Sorolangun, April 2018).

Sementara itu, antisipasi yang dilakukan Orang Rimba diatas melalui "besesandingon", membawa konsekuensi sementara waktu mereka akan jauh dari pusat perekonomian desa atau pasar.

Hal ini menyebabkan kesulitan akses untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sudah terbiasa dengan bahan makanan dari pasar.

Sebagai bentuk kepedulian kepada Orang Rimba, TNBD menyalurkan bantuan makanan tambahan untuk 718 Kepala Keluarga (KK) Orang Rimba/Suku Anak Dalam (SAD) yang hidup, dan bermukim di dalam kawasan TNBD Jambi (8/4).

“Semoga kearifan lokal "besesandingon" yang mereka jalankan saat ini, benar-benar bisa menghindarkan komunitas Orang Rimba TNBD dari penyebaran Covid-19,” pungkas Haidir. (jpnn)

Orang Rimba penghuni pinggir kawasan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas sudah terbiasa melakukan Besesandingon yang serupa dengan social distancing.


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News