Bocooorrr, Digragoti Para Preman
Tak sempat parkir, kami berputar lalu hendak keluar. Tapi tiba-tba, seorang pria bertelanjang dada entah datang dari mana, menghadang citra.
Darah berdesir ke ubun-ubun. Citra nampak ketakutan. Lalu dengan setengah membentak, pria berkulit gelap itu, bilang.
“Bayar parkir,” katanya pendek. Tapi terdengar tajam.
Imam, rupanya ingin jadi pahlawan. Dengan sigap, ia menjelaskan pada pria itu, jika mereka tak pernah parkir. Hanya berkeliling, sebentar.
Tapi, wajah macho-nya jadi kusut. Saat, pria kekar itu, dengan nada semakin tinggi kembali membentak. “Tetap saja harus bayar,” bentaknya.
Uang lima ribu yang disodorkan Citra disambar begitu saja. Tak ada kembalian. Pria itu, lalu ngeloyor pergi, seenak jidatnya.
Kami memandangi dengan kesal. Tetapi, saat pria itu membalik badan dengan ekspresi beringas, kami pun buru-buru meninggalkan tempat.
Hampir sejauh satu kilometer kami meninggalkan lokasi. Tiba-tiba Imam terbahak lebar. Citra mendengus berulang kali. Ia masih menyimpan kesal.
DI banyak daerah, lahan parkir ibarat kue yang sangat manis. Bocor, di sana–sini hingga target pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor