Braveheart

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Braveheart
Para pemain Inggris (putih-putih) tampak frustrasi di daerah pertahanan Skotlandia. Foto: AP

Pasukan Inggris kali ini dihuni pemain-pemain muda yang sangat berbakat dan didampingi pemain-pemain senior yang matang.

Namun, menghadapi Skotlandia yang melawan dengan gagah ternyata pasukan Inggris mejan.

Sepanjang babak pertama tidak ada kans yang benar-benar bersih. Sundulan kepala John Stones di menit ke-12 membentur tiang gawang. Dan itu menjadi satu-satunya kesempatan yang bersih.

Selebihnya, Inggris menjadi tim yang bingung. Harry Kane, sang kapten, yang diharapkan menjadi leader bagi pemain-pemain muda, malah main di bawah kemampuan terbaik. Dalam dua kali pertandingan Kane belum bisa mencetak gol, dan masih belum menunjukkan level permainan terbaiknya.

Kane terlihat kurang konsentrasi. Mungkin ia memikirkan masa depannya bersama Tottenham Hotspur yang kabur. Kane ingin hengkang dari klub masa kecilnya itu, tetapi hatinya bimbang dan galau.

Hal ini memengaruhi penampilannya di Euro 2020, dan kemudian berimbas kepada penampilan The Three Lions.

Pelatih Gareth Southgate sampai harus menarik Kane pada sepertiga pertandingan terakhir dan memasukkan Marcus Rashford untuk membongkar pertahanan Skotlandia yang keras kepala.

Namun, sia-sia. Sampai pertandingan berakhir Inggris tidak bisa menembus pertahanan Skotlandia yang bertahan dengan gagah berani.

Sundulan kepala John Stones di menit ke-12 membentur tiang gawang Skotlandia. Itu satu-satunya kesempatan bersih Inggris.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News