Brigadir Mustakim Puasa, Putra Malut yang Menjadi Anggota Pasukan Perdamaian PBB

Brigadir Mustakim Puasa, Putra Malut yang Menjadi Anggota Pasukan Perdamaian PBB
Brigadir Mustakim Puasa, putra Maluku Utara yang Menjadi Anggota Pasukan Perdamaian PBB, di Sudan. FOTO: Malut Post/JPNN.com

Darfur sendiri dikenal sebagai wilayah yang telah dihantui konflik sejak 2003. Perang saudara yang terjadi antara pemerintah Sudan dengan pasukan pemberontak mengakibatkan lebih dari 300.000 orang meninggal dunia dan 2,7 juta warga harus mengungsi. Untuk membantu mengamankan wilayah tersebut, PBB menempatkan UNAMID sejak 2007 lalu. Meskipun pemerintah Sudan awalnya sempat menolak keberadaan Pasukan Perdamaian, kondisi keamanan yang tak terkendali mendorong mereka untuk membuka pintu bagi pasukan PBB itu.

Di Darfur, bersama kontingen dari Mesir, Nepal, Gambia, Rwanda, dan Yordania, tugas Pasukan Perdamaian ini adalah menjaga keamanan warga Sudan, menjaga alat, material, dan mengawal pergerakan staf PBB di wilayah tersebut, mengawal staf UNAMID dari satu sektor ke sektor lain, serta memberikan kontribusi makanan untuk masyarakat Darfur.

“Selain itu, kontingen Indonesia juga bertugas mengawal masyarakat, tentara, dan polisi Indonesia yang bekerja sebagai staf PBB di Sudan,” ungkap kelahiran Faudu, Kecamatan Hiri, Kota Ternate  35 tahun silam itu.

Setiap hari, Mustakim dan rekan-rekannya melakukan patroli secara bergantian. Tiap anggota mendapat ‘jatah’ waktu patroli dan pengawalan selama 12 jam per hari. Ketika tengah bertugas, senapan otomatis SS2 V4 tak pernah lepas dari tangannya, bahkan ketika sedang berada di kamar kecil. Sedangkan untuk kendaraan patroli, Pasukan Perdamaian menggunakan mobil Mazda yang dilengkapi dengan senjata mesin, serta baraccuda anti peluru dengan senjata mesin dan body armour. Tak ketinggalan, rompi anti peluru.

“Indonesia merupakan kontingen terbaik hingga saat ini, karena loyalitas dan kedisiplinan anggotanya,” ujar ayah dari Rizky dan Nur ini.

Selama bertugas di Sudan, putera pasangan Puasa Abbas dan Sity Mandar ini pernah merasakan disergap tiba-tiba oleh kelompok pemberontak. Penyergapan terjadi pasca penodongan terhadap staf UNAMID yang dilakukan anggota kelompok pemberontak. Ketika terjadi penodongan, Pasukan Perdamaian bersama polisi Sudan dengan sigap segera melakukan pengejaran terhadap pemberontak dan berhasil mengamankan seorang pelaku penodongan. FPU lantas mendirikan sebuah pos pengamanan di zona C Kota Elfasher.

“Saat pendirian pos itu lah sebuah taksi yang berisikan sekelompok orang bersenjata lengkap mendatangi kami. Untunglah kawan kami yang sedang berjaga juga langsung mengarahkan senjata siap tembak ke arah mereka. Mungkin karena melihat jumlah kami, mereka segera melarikan diri,” kisahnya.

Bertugas di daerah konflik membuat Mustakim dan kawan-kawannya tak dapat menghindar dari pemandangan mengerikan. Suatu waktu, ia dan pasukan dikirim menuju sebuah daerah bernama Umbaru yang berjarak 2 jam 20 menit menumpangi helikopter. Misinya adalah mem-back up tentara Senegal yang kewalahan menghadapi pasukan pemberontak yang menyerang 10 desa di situ.

Berkat kemampuannya berbahasa asing, Brigadir Mustakim Puasa dinyatakan lulus seleksi sebagai anggota Pasukan Perdamaian PBB. Ditugaskan di wilayah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News