Bukan Penakut

Oleh: Dahlan Iskan

Bukan Penakut
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ketika pelayaran sampai di sekitar Titanic, Titan pun mulai menyelam dalam. Seorang penumpang, pebisnis yang ahli penyelidikan laut dalam, Hamish Harding, posting ke sosmed: jendela cuaca baru saja dibuka. Maksudnya: cuaca baru saja membaik sehingga Titan berani mulai menyelam.

Hari-hari itu memang ada peringatan ke seluruh dunia maritim. Cuaca di atlantik utara sangat buruk. Yang terburuk dalam 40 tahun terakhir.

Setelah Titan menyelam 1 jam lebih 47 menit, kapal pasangannya yang mengambang di atas laut kehilangan jejak. Titan menghilang dari radarnya.

Seharusnya Titan sudah sampai ke lokasi yang dituju: reruntuhan kapal Titanic yang ada di dasar laut. Di kedalaman 3.800 meter. Di situ onggokan Titanic terbelah dua. Jarak antaronggokan sekitar 500 meter.

Titanic, Anda sudah tahu: berangkat dari pelabuhan Southampton, Inggris selatan. Tujuannya: New York. Titanic kapal baru. Tercanggih saat itu. Satu-satunya kapal yang bisa menempuh jarak sejauh itu.

Titanic mengangkut sekitar 2.200 orang. Tepatnya saya tidak tahu: saya bukan salah satunya.

Di pelayaran pertamanya, di lokasi itu, Titanic menabrak gunung es. Halangan itu sebenarnya sudah diketahui. Tetapi kapten kapal yakin Titanic terlalu kuat menghadapi sekadar gunung es. Selebihnya Anda sudah nonton filmnya.

Turis di dalam Titan itu juga sudah nonton film Titanic. Tetapi mereka ingin melihat sendiri onggokan Titanic di dasar laut itu. Pemandangan itu, langka.

INILAH cara mati yang paling tidak sakit. Tetapi mahal. Perlu punya uang Rp 5 miliar. Yakni untuk membeli tiket naik kapal selam dan kapal itu harus meledak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News