Catatan Ketua MPR: Pangan dan Bijak Berutang, Membarui Prioritas di Tengah Ketidakpastian
Oleh: Bambang Soesatyo

Menyusutnya areal panen padi hendaknya mulai ditanggapi dengan program-program pemulihan kesuburan.
Upaya meningkatkan produktivitas sektor tanaman harus dimulai sejak dini.
Ingat, sejarah membuktikan bahwa dampak dari defisit bahan pangan akan melebar ke berbagai aspek, termasuk aspek politik serta aspek stabilitas, ketahanan serta keamanan negara-bangsa.
Selain itu, pada era suku bunga tinggi sekarang ini, kebijakan utang luar negeri serta pengelolaan dan pemanfaatannya hendaknya dilandasi kehati-hatian, dengan tetap dan selalu berpijak pada skala prioritas.
Sebab, kecenderungan tingginya suku bunga acuan pada tingkat global diperkirakan berlangsung lebih lama. Faktor suku bunga yang tinggi berdampak pada naiknya beban pembayaran bunga utang luar negeri.
Total utang luar negeri Indonesia hingga akhir November 2023, sebagaimana catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), adalah Rp 8.041,01 triliun, dengan rasio terhadap PDB 38,11 persen.
Pembayaran bunga utang pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 masih cukup tinggi, yakni mencapai Rp 441,4 triliun.
Tingginya suku bunga saat ini tentu akan berdampak pada volume bunga utang di tahun-tahun mendatang.
Dunia sedang tidak sedang baik-baik saja, jangan gegabah memanfaatkan utang dan mulailah lebih bersungguh-sungguh mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan
- Bertemu Rektor Univesiti Malaya, Ibas: Pentingnya Sinergi Akademik Lintas Bangsa
- Peringati Hardiknas, Waka MPR Dorong Kebijakan Penyediaan Layanan Pendidikan berkualitas
- Kuliah Umum di Universiti Malaya, Ibas Bahas Geopolitik, Geoekonomi dan Kekuatan ASEAN
- Menjaga Visi Prabowo dan Warisan Gus Dur, IKA PMII Kawal Ketahanan Pangan
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Waka MPR Sebut Kehadiran Prabowo Saat May Day Wujud Komitmen Keberpihakan Kepada Buruh