Cerita Proklamasi dari Bandung

Cerita Proklamasi dari Bandung
Merujuk arsipnya, foto sejumlah tentara Sekutu menyimak radio di Bandung ini dipotret pada zaman perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1945-1949). Foto: Dok. Arsip Nasional Belanda.

Matahari belum tenggelam. Naskah diterima R.A. Darja, satu di antara pimpinan stasiun radio Hoshokyoku Bandung.

Bersamaan dengan kedatangan Mohammad Adam, kurir yang membawa naskah proklamasi ke Bandung dan diterima oleh R.A. Darja, kantor berita Domei Bandung juga menerima kawat berisi teks proklamasi.

Sore itu berita proklamasi mulai jadi buah bibir di Bandung.

Wartawan surat kabar Tjahaja menulis berita proklamasi kemerdekaan di papan tulis. Lalu dipajang di depan kantornya, Jalan Raya Pos (kini sepanjang Jl. Asia Afrika hingga Jl Sudirman).

Rakyat menyemut. Pengumuman proklamasi menyebar dari mulut ke mulut.

Kabarnya, meski ada larangan dari Jepang, sejumlah pegawai radio Hoshokyoku Bandung yang dapat kabar juga dari wartawan Domei, berjibaku agar berita itu bisa dipancarluaskan.

Mereka yang terlibat Sakti Alamsyah, Hasyim Rachman, Sofyan Djunaidi, Sam Amir, Abdul Razak, Odas Sumadilaga, Sutarno Brotokusumo dan R.A. Darja.

Merujuk arsip RRI Bandung, pukul 19.00 waktu Jawa, R.A. Darja berhasil mengudara. “Di sini Bandung. Siaran Radio Republik Indonesia.”

KETEMU harta karun di Bandung. Rekaman suara asli Sakti Alamsjah. Jurnalis legendaris yang membacakan teks proklamasi melalui siaran radio.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News