Dahlan, Small is Beautiful

Dahlan, Small is Beautiful
Dahlan, Small is Beautiful
Dahlan sebaliknya malah didemonstrasi sejumlah aktivis Serikat Pekerja PLN dan mahasiswa. Alasannya, karena Dahlan seorang outsider, kendatipun ia seorang wiraswastawan yang dalam sejarahnya merangkak dari bawah hingga ke posisinya sebagai pemimpin Jawa Pos Group yang menyebar mulai dari Aceh hingga ke Papua.

Agaknya waktulah kelak yang menjawab perjalanan Dahlan di PLN. Namun kita teringat pakar manajemen dan marketing Rhenal Kasali yang menganjurkan supaya kaum birokrat harus berpikir bagai kaum enterpreneur di dunia swasta. Efisien, efektif dan membuang sikap feodalistik dan bahkan tampil sebagai pelayan publik karena bekerja di lembaga publik. Apalagi BUMN adalah badan yang mencari profit dalam melayani publik.

Saya kira, kasus Dahlan Iskan harus dilihat dengan latar belakang macam itu. Apalagi, tak lagi rahasia, jika PLN yang kerap melakukan “penyalaan bergilir” (yang lain terkena giliran gelap). Di Medan dan Pekanbaru misalnya, warga sudah bosan mengeluh karena listrik PLN selalu byar-pet. Bahkan juga di luar Jawa, dan sudah pula fenomenal di Jabodetabek.

Dengan kata lain, diperlukan problem solving (pemecahan masalah) yang strategis terhadap kekecewaan publik terhadap PLN. Jauh sebelum dilantik, Dahlan sudah memberikan solusi itu. Seperti dikatakan oleh Meneg BUMN Mustafa Abubakar, bahwa Dahlan menargetkan penurunan listrik hilang dari pembangkit ke konsumen dari 10% menjadi 8,5% yang tercapai pada 2014.

MEMBACA unjuk rasa penolakan terhadap Dahlan Iskan yang dilantik sebagai Dirut PLN, Rabu 23 Desember 2009 silam, saya teringat kisah John Much dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News