Data Pasien MERS Kacau, Wakil Menkes Arab Saudi Dipecat

Data Pasien MERS Kacau, Wakil Menkes Arab Saudi Dipecat
Ziad Memish. Foto; AFP

jpnn.com - DUBAI - Menjelang musim haji, Arab Saudi semakin sibuk memerangi sindroma pernafasan timur tengah alias middle east respiratory syndrome (MERS). Beberapa waktu lalu, pemerintah meninjau ulang perkembangan virus mematikan tersebut, termasuk jumlah penderitanya. Pada Selasa (3/6), Arab Saudi resmi merevisi jumlah korban.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi menyatakan, jumlah pengidap MERS di lapangan ternyata lebih banyak ketimbang data yang tercantum dalam laporan resmi. Karena itu, pemerintah memutuskan memperbaiki data tersebut. Tidak hanya menambah jumlah korban, Riyadh juga memecat wakil menteri kesehatan yang dianggap bertanggung jawab atas ketidakvalidan data tersebut.

"Menteri Kesehatan Adel Faqih menerbitkan surat pemberhentian bagi wakilnya, Ziad Memish, pada Senin (2/6)," kata situs resmi kementerian.

Dalam pernyataan tertulis itu, alasan pemecatan Memish tidak tercantum. Tetapi, informasi seputar MERS ditengarai menjadi penyebab wakil Faqih itu kehilangan pekerjaan.

Hal tersebut merupakan pemecatan kedua pejabat penting kementerian kesehatan dalam waktu kurang dari dua bulan. April lalu Raja Abdullah memecat menteri kesehatan sebelum Faqih. Dia dianggap bersalah karena tidak mampu mencegah mewabahnya MERS di Arab Saudi. Bahkan, virus itu juga menjangkiti warga negara asing yang kebetulan melakukan perjalanan rohani.

Sejauh ini virus yang konon bisa dilumpuhkan dengan senyawa K22 tersebut telah merenggut 282 nyawa. Sejak kali pertama terdeteksi pada 2012, MERS menjangkiti 688 orang. Namun, menurut data kementerian kesehatan, jumlah korban lebih sedikit. Berdasar data tidak valid itu, MERS menjangkiti 575 orang dan mengakibatkan 190 di antaranya tewas.

Perbedaan jumlah korban yang hampir mencapai 100 itu jelas membuat pemerintah berang. Sebab, selama ini ada sekitar 100 kasus yang tidak terdeteksi. Bagi masyarakat internasional, kondisi itu mengindikasikan bahwa pemerintah Arab Saudi tidak serius dalam menangani sindroma pernapasan tersebut. Karena itu, Riyadh menindak tegas pejabat yang bertanggung jawab atas laporan tersebut.

Dr Tariq Madany, ketua dewan penasihat kesehatan Arab Saudi, menyambut baik revisi jumlah korban MERS tersebut. Dia menuturkan, peninjauan ulang oleh pemerintah itu merupakan wujud keseriusan Arab Saudi dalam menangani MERS.

DUBAI - Menjelang musim haji, Arab Saudi semakin sibuk memerangi sindroma pernafasan timur tengah alias middle east respiratory syndrome (MERS).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News