Demi Anak Sekolah Tinggi, Eko Rela ke Malaysia jadi Kuli, tapi...

Demi Anak Sekolah Tinggi, Eko Rela ke Malaysia jadi Kuli, tapi...
CITA-CITA BURUH BANGUNAN. Eko Riyanto, TKI di Malaysia asal Pati, Jawa Tengah, ditemui di Dinsosnaker Kalbar setelah dideportasi Malaysia melalui perbatasan Entikong Kalbar-Serawak, Rabu (5/3). Foto: ACHMAD MUNDZIRIN/JPNN.com

jpnn.com - Eko Riyanto, delapan tahun lalu, berangkat dari Pati, Jawa Tengah, meninggalkan istri dan tiga anaknya. Hanya berbekal pengalaman sebagai buruh bangunan, ia mencoba peruntungan di negara tetangga, Malaysia.

Achmad Mundzirin, Pontianak

Rasa takut menyelimuti Eko ketika perdana menginjakkan kaki di negeri jiran. Tekad kuatnya mengalahkan rasa takut itu demi apa yang ia cita-citakan.

Eko ingin menyekolahkan anaknya setinggi mungkin agar bisa jauh melampaui apa yang telah dia dapat dalam hidup.

"Dengan kondisi yang saya miliki (buruh bangunan), saya tak akan dapat menyekolahkan anak saya tinggi. Tapi di negara orang saya bekerja keras, kemungkinan itu dapat terwujud. Itu cita-cita saya Mas," tutur pria 38 tahun itu ditemui di kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kalbar, Rabu (3/5).

Jika dalam hitung-hitungan per hari ia hanya mendapat Rp80 ribu tatkala jadi buruh di kampung halamannya. Dengan bekerja di Malaysia Eko bisa mendapat RM80 alias Rp246.400 (1 RM=Rp3080) perharinya.

"Jauh Mas bedanya. Di negara sendiri kita dibayar murah. Di tetangga, kita dibayar tinggi," ucapnya.

Sebulan setidaknya dia mengantongi Rp 7,2 juta. "Saya kirim setiap bulannya untuk keluarga dan saya sisihkan untuk kebutuhan saya di sini. Lebih besar yang kirim, karena itu untuk biaya pendidikan anak-anak saya. Juga kebutuhan keluarga," ungkap Eko.

Eko Riyanto, delapan tahun lalu, berangkat dari Pati, Jawa Tengah, meninggalkan istri dan tiga anaknya. Hanya berbekal pengalaman sebagai buruh bangunan,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News