Demi Minyak Murah, AS Siap Lupakan Pelanggaran HAM Saudi

Demi Minyak Murah, AS Siap Lupakan Pelanggaran HAM Saudi
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat sangat akrab di sela-sela pertemuan G20 Buenos Aires pada 2018 silam. Foto: ALEJANDRO PAGNI / AFP

Di AS sendiri, langkah Biden untuk menghapus pembatasan penjualan senjata tentu akan mendapat tentangan di Kongres, termasuk dari rekan-rekannya sendiri dari Demokrat.

Anggota parlemen dari Republik, yang selalu vokal dalam mengecam Arab Saudi, tentu juga tak akan tinggal diam.

Setelah menjabat awal tahun lalu, Biden bersikap lebih tegas terhadap Saudi karena upayanya menumpas kelompok Houthi di Yaman telah menewaskan banyak warga sipil.

Selain itu, sikap pemerintah AS juga dipicu oleh catatan pelanggaran HAM oleh Riyadh, khususnya pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis Washington Post yang juga lawan politik mereka, pada 2018.

Biden, yang saat berkampanye jelang pemilihan presiden AS pernah menyebut Saudi sebagai paria, pada Februari 2021 mengumumkan penangguhan dukungan senjata serang AS di Yaman.

Arab Saudi –pelanggan senjata AS terbesar– terganggu dengan pembatasan itu.

Sikap Biden terhadap Saudi telah melunak sejak invasi Rusia di Ukraina. Perang tersebut telah mendorong AS dan negara-negara Barat untuk meminta Saudi –salah satu produsen minyak terbesar di dunia– untuk memompa lebih banyak minyak untuk menutupi kekurangan pasokan dari Rusia.

Seorang sumber di Washington mengatakan pemerintah Biden telah mulai membahas diskusi internal tentang kemungkinan pencabutan larangan penjualan senjata.

Sikap Biden terhadap Arab Saudi telah melunak sejak invasi Rusia di Ukraina. Perang tersebut memaksa AS dan sekutunya bergantung kepada Saudi

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News