Detik-detik Kepala Pendaki Gunung Rinjai Terbentur Batu, Duh

Detik-detik Kepala Pendaki Gunung Rinjai Terbentur Batu, Duh
Suasana saat para pendaki Gunung Rinjani dievakuasi menuju Sembalun pada Senin lalu (30/7). Foto: MUHAMMAD ASHAR FOR JAWA POS

Menginjak Minggu siang, kabar yang kian membuat cemas itu datang: ada seorang pendaki asal Makassar meninggal dunia di Cemara Tunggal. Tempat itu berada di antara Plawangan Sembalun dan Segara Anak.

Muhammad Ainul Muksin meninggal karena terjatuh saat berlari dengan panik ketika gempa terjadi. Kepalanya membentur bebatuan.

Darah mengucur tidak hanya dari kepala. Dari telinga pun demikian. Tapi, dia masih bernapas. ”Sampai sekitar jam delapan,” ungkap Anca.

Anca tahu itu lantaran jadi salah seorang porter yang pertama melihat jenazah Ainul. Oleh petugas Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), pada Senin pagi (30/7) dia bersama empat rekan seprofesi lain ditugasi menyisir jalur dari Danau Segara Anak menuju Sembalun.

Sekaligus mengecek jembatan yang putus. ”Kami semua yang di Segara Anak khawatir, penasaran, dan gelisah,” tutur Anca.

Benar saja, bukan cuma jembatan putus, dia juga mendapati jalur yang retak parah. Retakan akibat gempa itu membelah jalan yang biasa dilalui pendaki. Setelah mengganti jembatan yang putus dengan tali sepanjang 5–6 meter, dia dan empat porter lain ke Cemara Tunggal.

Di sana dia menemukan jenazah Ainul. Terbujur kaku di dalam tenda. Hanya dibungkus sleeping bag.

Teman-temannya telah turun ke Sembalun. Dalam perjalanan turun itu, mereka mengabarkan kepada petugas TNGR di Sembalun tentang kondisi rekan mereka. Di jalur dari Segara Anak ke Sembalun sinyal operator seluler tertentu masih bisa berfungsi.

Muhammad Ainul Muksin, pendaki Gunung Rinjani, panik saat gempa Lombok mengguncang, kepalanya membentur bebatuan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News