Dilarang Memotret Batik Presiden

Catatan Dani Nur Subagiyo, Johannesburg

Dilarang Memotret Batik Presiden
Madiba, batik khas Afsel. Foto: Dani Nur Subagyo/Jawa Pos.
"Harga Madiba di pinggir jalan terkadang mahal, padahal kualitasnya sangat buruk. Itu pun masih berupa kain dan belum jadi pakaian (kemeja)," kata Eduardo Mallenco, seorang warga Afsel berdarah Portugal, saat saya temui di depan Museum Apartheid Johannesburg.

Seperti di Museum Apartheid. Kain Madiba ukuran satu meter persegi dihargai 400 Rand atau sekitar Rp 480 ribu. Kalaupun ditawar, paling banter hanya 300 Rand (Rp 360 ribu). Itu pun dengan kain yang tidak tidak halus dan warnanya kusam seolah dibuat dengan cara cap atau sablon asal-asalan.

Untuk mendapatkan Madiba kualitas satu dan sudah jadi kemeja memang sulit, khususnya di Johannesburg. Setelah berkeliling di mal-mal Johannesburg, saya baru menemukan Madiba di Greenstone, sebuah mal di timur Johannesburg. Itu pun saya sempat tidak menyadarinya karena tidak dijual di outlet khusus, melainkan bercampur dengan outlet pakaian kebanyakan.

Namanya barang di mal, Madiba satu ini sangat jauh kualitasnya dengan yang ada di pinggir jalan. Kainnya sangat halus dan warnanya cerah. Corak batiknya pun terlihat elegan. Kalau sudah begitu, jangan tanya harganya. Paling murah sekitar Rp 2,5 juta-an. Tentu saja, saya harus berpikir dua kali untuk membeli.

BATIK bukan hanya milik Indonesia. Afrika Selatan (Afsel) memiliki batik kreasi sendiri yang dinamakan Madiba. Entah karena menjiplak Indonesia atau

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News