Ditawari Banyak Fasilitas Australia, Bertekad sampai Mati Tetap Warga Indonesia
Sabtu, 29 Juni 2013 – 06:09 WIB
Ingatan Nuim luar biasa. Kutipan dari filsuf Yunani diucapkan sejelas mengutip sabda Muhammad SAW dan ayat-ayat suci. Semua itu dilakukan dengan hanya berbekal secarik kertas yang disiapkan Oska Setyana, warga negara Indonesia (WNI) juga yang menjadi produser acara. "Saya harus sadar umur. Saya tetap perlu catatan tentang garis besar topik," ujarnya saat ditanya tentang isi catatannya.
Bersamaan dengan kunjungan rombongan senior editor dari Indonesia pekan lalu, Nuim menyiapkan pembahasan tentang pengaruh media terhadap prospek Pemilu 2014 dalam program bahasa Indonesia yang diasuhnya. Dengan tangkas, Nuim membagi pertanyaan, memberikan pernyataan, dan sesekali menyelipkan humor serta pantun.
Karena itu, program siaran bahasa Indonesia di Radio Australia yang berdurasi 30 menit tersebut berlangsung sangat menarik. "Berpantun memang ciri yang terus saya jaga, karena tempat jatuh dikenang, konon pula tempat bermain," ujar Nuim lagi-lagi sambil berpantun.
Dengan semua kepiawaian tersebut, sangat banyak julukan yang pantas dilekatkan kepada Nuim. Misalnya, ensiklopedia berjalan, juru cerita yang piawai, gudang lelucon berbagai bangsa dan budaya, serta penceramah agama.
Baik buruk hubungan dua negara tidak hanya ditentukan para politikus. Penyiar seperti Nuim Khaiyath justru mendapat tempat penting dalam hubungan
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor