Dorong KPK Bongkar Korupsi Melibatkan Dinasti

Dorong KPK Bongkar Korupsi Melibatkan Dinasti
KPK. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

"Laporkan juga ke Bareskrim. Supaya kasus ini tidak diam dan berjalan simultan. Sambil diproses KPK, laporkkan juga ke Bareskrim. Asal ada laporan dari masyarakat dan bukti jelas, itu pasti ditindaklanjuti , akan segera dilanjuti. Jalan itu harus ditempuh masyarakat agar kasusnya tidak diam," tandas Uchok.

Alhasil, dengan laporan berlapis, penegak hukum bisa melihat bahwa ada persoalan hukum yang harus dituntaskan.

Apalagi, jika terbukti tanah pasar itu milik pemerintah, dan kemudian dikelola swasta namun tidak ada pemasukan ke negara dalam bentuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), jelas harus diusut tuntas karena ada dugaan penyelewengan dana. Kementerian Hukum dan HAM juga harus tegas.

"Jika tidak ada kerjasama dan malah uangnya mengalir kemana-mana, itu bisa kena pasal pasal banyak, berlapis," tandas Uchok.

Politik dinasti di Banten, kata Uchok, juga membuat pejabat bisa seenaknya mengeruk dana publik melalui jaringa keluarga. Politik dinasti, terbukti membunuh demokrasi, karena membatasi hak politik orang. Oleh karena itu, politik dinasti di Banten, harus diberantas hingga akar, dengan cara tidak dipilih dalam proses Pilkada.
"Politik dinasti harus dibersihkan dihabisi dan dijadikan musuh bersama," tegas Uchok.

Senada, Koordinator Indonesia Corruption Wacth (ICW) Ade Irawan mengatakan, korupsi pejabat publik yang memiliki kekuasaan politik dinasti, bukan cuma bicara soal kerugian negara. Namun, merugikan warga Banten.

ICW menilai, KPK sudah sepantasnya mengembangkan kasus korupsi berkaitan dinasti politik. ICW menilai, KPK sudah sepantasnya mengembangkan lebih jauh kasus TPPU Wawan, karena sudah terlihat siapa saja yang dijadikan perantara aliran uang. Kemudian aliran uang dalam bentuk apa saja, tinggal bagaimana KPK dengan sigap mengembangkan kasusnya.

Adapun Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menilai, dinasti politik tidak boleh dilakukan, karena sudah dipastikan terjadi kolusi, korupsi, nepotisme (KKN). Dinasti politik akan sangat berbahaya, jika kemudian kekuasaan politik itu seperti turun-temurun. Setelah ibu selesai menjabat, lalu beralih ke suami, atau anaknya. Jika seperti itu, maka tidak ada demokratisasi.

"Tidak bisa seperti itu. Kalau mau begitu, bikin saja negara kerajaan, harus ada jeda, ada batasan. Masak setelah ibu kemudian anaknya, itu melanggar demokrasi, dong," sindir Agus.

Dinasti politik, ditegaskan Agus, pada ujugnya, hanya menumpuk kekayaan saja sementara kesejahteraan bagi masyarakat atau publik tidak ada.

Direktur Center For Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi mendorong Komisi Pemberantasan Korupsi membongkar dugaan penyelewengan keuangan negara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News