Dorong Munculkan Capres Alternatif Jadi Momentum Kebangkitan Kaum Muda

Dorong Munculkan Capres Alternatif Jadi Momentum Kebangkitan Kaum Muda
Koordinator Nusantara 'Anak Muda Satu Nusa Satu Suara`, Raihan Muhammad Akmal. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pertemuan dari gerakan Nusantara yang berisikan komunitas dan aktivis muda berlangsung di sejumlah kota dalam bentuk diskusi publik. Pertemuan yang digagas gerakan Nusantara itu dilakukan sebagai bentuk sikap politik anak muda menghadapi Pemilu 2024.

Inisiator gerakan 'Nusantara' Anak Muda Satu Nusa Satu Suara, Raihan Muhammad Akmal mengatakan munculnya gerakan ini adalah bentuk kritik karena selama ini isu anak muda hanya dijadikan isu pelengkap oleh elite politik sebagai pajangan atau display.

"Kalau pun ada itu sangat kental dengan kalkulasi elite dan oligarki. Untuk itu kami memunculkan gagasan politik alternatif, mulai dari isu-isu alternatif dan usulan kebijakan yang dibutuhkan anak muda, sampai gagasan capres alternatif, kami misalnya memunculkan nama Dimas Oky Nugroho, menjadi simbol gerakan moral untuk menantang elitisme yang tidak berpihak pada perkembangan serta pemberdayaan anak muda secara nyata," kata pemimpin komunitas muda asal Bandung ini saat di Sumedang, Minggu (17/9).

Saat pertemuan di Medan, Ketua DPD KNPI Sumut, Samsir Pohan menjelaskan, wacana gerakan alternatif dan kritis dari kalangan anak muda adalah lazim terjadi.

Pasalnya, sejak dulu saat jaman kemerdekaan sudah sejarah partisipasi dan perlawanan politik anak muda di Indonesia.

"Gerakan politik alternatif ini harus ditempatkan sebagai momentum isu bersama, semacam vitamin untuk mengoreksi kehidupan politik yang artifisial, setengah-setengah dan formalitas, tapi juga rentan konflik dan penuh drama, polarisasi identitas, serta egoisme elite," jelas Samsir.

Pada pertemuan komunitas anak muda kritis di Denpasar, Bali, 12 September lalu, Founder Praga Institute Arya Gangga mengatakan jika gerakan capres alternatif harus dilihat sebagai gerakan kebudayaan. Karena itu adalah bentuk protes dan bagian dari kritik anak muda yang sudah jenuh dengan dinamika politik di kalangan elite saat ini.

"Ini bagian kritik anak muda yang tidak dilibatkan secara esensial. Saya pikir memasuki tahun politik ini sudah saatnya anak muda untuk 'speak up' berani mengambil sikap, punya sikap politik sendiri, bukan ikut gendang elit," ujar Arya.

Pertemuan bernama Gerakan Nusantara itu dilakukan terkait sikap politik anak muda menghadapi Pemilu 2024.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News