Dus Duk Duk, Buka Peluang dari Kardus

Dus Duk Duk, Buka Peluang dari Kardus
Pendiri Dus Duk Duk, Angger Diri Wiranata saat menjadi pembicara dalam diskusi di House of Sampoerna. FOTO : JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Untuk bisa mencapai kesuksesan, sebuah produk harus dibalut dengan kreativitas. Meski terkadang kreativitas itu muncul dari adanya masalah. Hal itu yang dialami pendiri Dus Duk Duk, Angger Diri Wiranata.

”Yang terpenting jangan cepat menyerah dan putus asa,” ujar alumnus Desain Produk Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat menjadi pembicara di ajang Diskusi Kepemudaan yang digelar PT HM Sampoerna Tbk di House of Sampoerna Surabaya, siang tadi (23/9).

Waktu itu, ujar Angger, ide kreatif muncul karena dia dihadapkan pada masalah tugas akhir di kampusnya. Selain itu, dia bersama tiga teman lainnya berpikir bahwa kuliah di ITS itu apalagi jurusan desain produk sangatlah mahal.

“Jangan sampai lepas kuliah di ITS menjadi rugi. Harus untung. Dari sana kami berpikir untuk membuat sesuatu. Bikinlah proposal untuk program kreativitas mahasiswa (PKM). Dan akhirnya berhasil lolos untuk mendapat hibah dari pemerintah,” jelas Angger.

Waktu itu, Angger dan tiga temannya memang sengaja memilih bahan baku dari kardus untuk dijadikan banyak produk fungsional karena melihat banyaknya kardus bekas tidak terpakai. “Kita ingin memanfaatkan barang sampah itu menjadi sesuatu yang berguna bahkan bisa bernilai tinggi. Kalau dijual sebagai rongsokan, harganya hanya ribuan per kilogramnya,” tukasnya.

Waktu pertama kali membuatnya pada 2013 lalu, Angger mengaku sengaja membuat furnitur berupa kursi yang bisa menahan beban berat hingga 180 kilogram. Walau sudah berhasil membuat produk dari kardus yang cukup kuat menyamai produk dari bahan kayu dan besi, namun Angger mengaku kebingungan. Dia dan temannya tidak tahu bagaimana harus memasarkan produknya itu.

“Kami mencoba memaksimalkan sosial media agar produk ini dikenal. Dan tak lama memang sudah mulai dikenal, terutama pasar luar negeri seperti Malaysia, Australia, dan Amerika,” katanya.

Kini, bisnis itu sudah memiliki omset yang cukup menggembirakan. Bahkan di semeter pertama 2018 ini angkanya sudah menyamai omset pada 2017 lalu. “Prospek bisnis ini cukup besar, apalagi pemainnya masih belum banyak. Komunitas kardus Indonesia anggotanya baru sepuluh. Peluangnya terbuka lebar,” tandasnya. (JPNN/pda)


Kini, bisnis itu sudah memiliki omset yang cukup menggembirakan. Bahkan di semeter pertama 2018 ini angkanya sudah menyamai omset pada 2017


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News