Eks KKO: Ada Sayatan Melingkar di Leher Jenderal Ahmad Yani

Eks KKO: Ada Sayatan Melingkar di Leher Jenderal Ahmad Yani
Vence Kandouw dan foto kenangan di rumahnya di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Foto: FREDY RIZKI/RADAR BANYUWANGI/JPNN.com

”Saya sempat bertanya-tanya, apa yang terjadi sampai tentara Angkatan Darat berseragam dan bersenjata,” ujarnya.

Namun, teka-teki itu ternyata baru terjawab keesokan paginya. Sekitar pukul 06.00 pagi melalui siaran RRI, Vence mendengar adanya berita mengenai sebuah gerakan yang disebut Gestapu.

Dalam siaran itu disebutkan, bagi mereka yang mau bergabung dalam gerakan penumpasan, terutama tentara, akan dinaikkan pangkatnya dua tingkat. Sedangkan bagi yang mau menjadi simpatisan, akan dinaikkan pangkatnya satu tingkat.

Meski menggiurkan, namun tawaran itu membuat Vence dan kawan-kawannya semakin bingung. Karena mereka berpikir pasti ada sesuatu yang besar sedang terjadi.

Dua hari kemudian, sekitar tanggal 3 Oktober 1965, tiba-tiba turun perintah dari Letnan Satu KKO Mispan yang meminta bantuan Vence untuk mengumpulkan rekan-rekannya.

Saat ditanya untuk apa, atasan Vence saat itu hanya mengatakan, mereka diminta mengambil jenazah para jenderal dari Lubang Buaya.

”Lettu Mispan dimintai tolong Kapten Suhendar dari Kostrad. Katanya perintah langsung dari Pak Harto untuk mengambil jenazah jenderal dari Lubang Buaya, jadi dimintai menyiapkan penyelam. Saya juga bingung waktu itu, akhirnya siapa pun yang saya temui saya ajak untuk ke Lubang Buaya,” terangnya.

Vence yang kebetulan adalah pelatih di Sekolah Intai Amfibi KKO, dengan cepat kemudian menemukan beberapa anggota.

Baru bisa masuk ke Lubang Buaya saat Soeharto datang. Saat jasad Jenderal Ahmad Yani diangkat, semuanya langsung bereaksi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News