Ekspor Impor Indonesia di ASEAN

Ekspor Impor Indonesia di ASEAN
Grafik 1. Ekspor dan Impor Indonesia tahun 2003-2013 Source: worldbank.org

Nilai impor Indonesia pada tahun 2012-2013 lebih besar ketimbang nilai ekspor sehingga menyebabkan defisit neraca perdagangan.

Jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, maka nilai ekspor Indonesia masih terhitung rendah.

Malaysia memiliki jumlah penduduk lebih sedikit daripada Indonesia, namun memiliki nilai ekspor yang rasionya mencapai 100% dari GDPnya. Pada tahun 2003, nilai ekspor Malaysia mencapai USD 118 milyar, sedangkan nilai impornya USD 96 milyar, terlihat di Grafik 3. Nilai ekspor-impor Malaysia terus meningkat hingga tahun 2008. Malaysia juga terkena dampak krisis ekonomi global yang mengakibatkan nilai ekspor impornya menurun di tahun 2009, namun kembali meningkat di tahun 2010. Pada tahun 2012 dan 2013, nilai ekspor Malaysia menurun, sedangkan impornya terus meningkat. Walaupun begitu, Malaysia tetap mengalami surplus neraca perdagangan.

Di sisi lain, Thailand memiliki nilai ekspor-impor yang terus meningkat dari tahun 2003 hingga 2008. Namun pada tahun 2009, nilai ekspor-impor Thailand menurun, dan kembali normal pada tahun 2010. Pada tahun 2013, nilai ekspor-impor Thailand maing-masing sebesar USD 285 milyar dan USD 272 milyar. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun 2008, namun rasio ekspor-impornya terhadap GDP menurun menjadi 74% dan 70%, dibandingkan tahun 2008 rasio ekspor-impornya sebesar 76% dan 74%. Perlu diketahui, GDP Thailand pada tahun 2008 sebesar USD 273 milyar dan tahun 2013 sebesar USD 387 milyar.

Singapura memiliki nilai ekspor-impor yang paling tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, rasionya mencapai 200%. Singapura mengimpor produk bahan mentah dari berbagai negara, terutama Cina dan Malaysia, yang kemudian diolah dan diekspor ke negara-negara lainnya. Produk utama yang diimpor Singapura antara lain migas dan barang-barang elektronik (Simoes)

Sesuai hasil wawancara dengan Bp. Martin Tjahjono, Ph.D, Wakil Rektor I Surya University, menyampaikan bahwa tingginya ekspor-impor Singapura dikarenakan posisinya yang strategis sehingga menjadi

pusat perdagangan internasional di ASEAN. Proses birokrasi Singapura juga lebih singkat dibandingkan dengan negara lain. Disamping itu, Singapura memiliki standarisasi produk, sehingga produk yang diperdagangkan menjadi terpercaya (Tjahjono, 2015). Faktor lain penyebab tingginya nilai ekspor Singapura adalah infrastruktur yang canggih dan efisien, serta tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman.

Berdasarkan analisa di atas memberi gambaran peluang maupun tantangan yang dimiliki Indonesia dalam menghadapi MEA. Tantangan tersebut diantaranya rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, kualitas infrastruktur yang masih kurang, serta kebijakan Indonesia dalam menghadapi serbuan arus impor dari negara-negara lain, seperti Cina dan Jepang.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan segera diberlakukan pada tanggal 31 Desember 2015. Dampak dari MEA adalah terciptanya pasar bebas barang dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News