Elektabilitas Pas-pasan, Mantan Jenderal Polisi Nekat Jadi Capres
Lacson, yang gagal mencalonkan diri sebagai presiden di 2004, dikenal karena sikapnya yang keras pada kejahatan dan membantu dalam penyusunan undang-undang anti teror yang kontroversial.
UU itu dikecam oleh para aktivis karena dikhawatirkan dapat digunakan untuk menghancurkan perbedaan pendapat di Filipina, salah satu negara demokrasi paling liberal di Asia.
Lacson dan Sotto menyampaikan sejumlah tantangan yang akan mereka hadapi jika terpilih memimpin negara terpadat kedua di Asia Tenggara itu, yang tengah memerangi wabah virus corona.
“Negara ini tenggelam dalam utang, banyak yang kehilangan pekerjaan. Korupsi dan obat-obatan terlarang masih merajalela,” kata Lacson menyindir Duterte yang terpilih karena berjanji untuk memberantas korupsi dan narkoba.
Lacson akan menjadi calon yang tidak difavoritkan. Dia menempati peringkat rendah dalam jajak pendapat independen tentang calon presiden pilihan untuk 2022, yang secara konsisten menempatkan putri Duterte, Sara Duterte-Carpio, sebagai calon pemenang.
Sara telah menyatakan secara terbuka untuk mencalonkan diri sebagai presiden, beberapa bulan setelah dia mengatakan tidak berminat meraih jabatan tersebut. (ant/dil/jpnn)
Meski elektabilitasnya sangat buruk, mantan jenderal polisi ini tetap nekat maju sebagai capres
Redaktur & Reporter : Adil
- China Makin Ugal-ugalan di LCS, Kapal Misi Kemanusiaan Filipina Tak Diberi Ampun
- Kualifikasi Piala Dunia 2026: Pelatih Filipina Ancam Timnas Indonesia
- 2 Skenario Agar Timnas Indonesia Lulus Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Jenderal Polisi Aktif Diprediksi Bakal Bertarung di Pilkada Papua
- Pelatih Baru Filipina Menebar Ancaman, Timnas Indonesia Wajib Waspada
- Dunia Hari Ini: Dugaan Alasan ISIS Melakukan Aksi Bom Mematikan di Filipina