Empat Semester untuk Ajaran Bung Karno

Oleh Dahlan Iskan

Empat Semester untuk Ajaran Bung Karno
Foto: disway.id

Saat menulis ini saya tidak bisa buka catatan. Tertinggal di Pyongyang. Ini saya lagi di atas pesawat. Tidak ada Wi-Fi. Dalam penerbangan ke Doha (Qatar). Dan masih akan terus ke Lebanon.

Di zaman Bung Karno dulu jabatan pemimpin besar bukan jabatan. Itu gelar. Resmi. Diputuskan lembaga tertinggi negara: MPR.

Sebentar. Saya lupa. Itu jabatan atau gelar?

Tolonglah. Ada yang pergi ke Universitas Bung Karno. Tanyakan itu. Bagi tugas.

Saya lupa menanyakannya. Saat ke UBK kemarin saya masih yakin: pemimpin besar revolusi itu gelar. Bukan jabatan.

Kini saya dihinggapi keraguan. Tapi sudah terlanjur di atas pesawat.

Yang jelas saat itu semua dirangkap Bung Karno: Proklamator, Pemimpin Agung, Pemimpin Besar Revolusi, Presiden, Perdana Menteri. Dan jangan lupa. Masih ada satu gelar lagi untuk Bung Karno: Penyambung Lidah  Rakyat.

Di Korut, jabatan presiden ditentukan oleh pemimpin besar. Hanya resminya dipilih oleh dewan rakyat.

Bung Karno tidak mau mematikan demokrasi sepenuhnya. Tahun 1955 diadakan pemilu. Terluber dalam sejarah. Luber: langsung, umum, bebas, rahasia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News