Enam Tahun Lumpur Lapindo, Derita Tak Kunjung Sirna

Enam Tahun Lumpur Lapindo, Derita Tak Kunjung Sirna
Pusat semburan Lumpur Lapindo. Foto : Fatkhurroziq/Jawa Pos
SEJAK 16 April lalu, lebih dari 2.000 orang secara bergantian memblokade tanggul lumpur di titik 25, Porong, Sidoarjo. Mereka adalah warga korban semburan lumpur pertama dari Desa Renokenongo, Jatirejo, Siring, dan Glagaharum, Kecamatan Porong, serta warga Desa Kedungbendo dan Ketapang, Kecamatan Tanggulangin.

 

Meski menjadi korban pertama yang terusir dari kampung halaman sejak 2006, hingga kini proses ganti ruginya belum tuntas. Padahal, proses ganti rugi kepada rekan-rekan mereka yang kampungnya tenggelam belakangan malah sudah banyak yang beres. 

 

Sebagai bentuk protes, mereka memblokade tanggul lumpur. Mereka juga mengutip tarip masuk bagi pengunjung yang ingin melihat pusat semburan dari dekat. "Namanya juga tidak ada kerjaan. Jadi satu-satunya penghasilan ya dari sini," kata Hartoyoso, warga Kedungbendo yang ikut dalam aksi itu.

 

Selama blokade, warga melarang truk-truk BPLS masuk. Praktis selama enam minggu belakangan sama sekali tak ada penguatan tanggul. Padahal, tanggul di sisi Ketapang (sisi selatan) sudah dirembesi air dari lumpur. Karena itu, bila tak segera ada perbaikan, tinggal menunggu waktu saja tanggul jebol.

 

SEJAK 16 April lalu, lebih dari 2.000 orang secara bergantian memblokade tanggul lumpur di titik 25, Porong, Sidoarjo. Mereka adalah warga korban

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News