Etika Politik Jadi Pembahasan Seru Dalam Diskusi Empat Pilar MPR

Memilih karena emosi, lanjut Irfan, adalah sisi yang paling berbahaya sebab sangat berpotensi memecah belah. Konflik-konflik etika tidak akan pernah hadir dalam tataran kesamaan identitas dan value karena semuanya, peserta kontestasi bicaranya pasti sama yakni Pancasila dan NKRI. Tapi, kalau bicara emosi, konflik etika akan hadir. Politic disengagement juga akan hadir yakni masyarakat tidak lagi merasa memiliki politik, politik menjadi hal lain yang tidak berhubungan dengan kebutuhannya sehari-hari. Political distrust akan sangat kental.
“Lalu apa yang harus dilakukan. Kita semua harus memperhatikan dan melakukan upaya-upaya mengelola dan mengedukasi emosi rakyat yang berbeda-beda itu menjadi sama yakni menebarkan sense of hope, memunculkan harapan yang sama akan sejahteranya negeri ini. Ini sangat penting, sebab jika politic disengagement yang hadir, maka kita akan kehilangan negara ini akibat political distrust yang sangat tinggi,” tandasnya.(adv/jpnn)
Etika banyak dilihat dan dinarasikan sebagai sosok penengah, penawar, pengingat atau sosok bijak dalam ranah perdebatan, diskusi, perbuatan, perilaku di tataran masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Redaktur & Reporter : Friederich
- Beri Kuliah Program Doktor, Bamsoet Ingatkan Pentingnya Keseimbangan Demokrasi dan Hukum
- Waka MPR: Upaya Pemberdayaan Perempuan Bagian Langkah Strategis
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Bertemu Rektor Univesiti Malaya, Ibas: Pentingnya Sinergi Akademik Lintas Bangsa
- Peringati Hardiknas, Waka MPR Dorong Kebijakan Penyediaan Layanan Pendidikan berkualitas
- Kuliah Umum di Universiti Malaya, Ibas Bahas Geopolitik, Geoekonomi dan Kekuatan ASEAN