Fauzan Cerita Kisah Saudagar Tajir tak Takut Penjajah Belanda

Fauzan Cerita Kisah Saudagar Tajir tak Takut Penjajah Belanda
Para peserta walking tour menyempatkan diri untuk berfoto bersama di depan Klenteng Grajen, Semarang. Meski gerimis, mereka tetap ceria. Foto: SHABRINA PARAMACITRA/JAWA POS

”Keren, ya. Aku saja tinggal di Semarang, tapi baru tahu kalau di sini ada cerita ini, di sana ada cerita itu,” kata Delianti Natalina, peserta tur.

BACA JUGA: Penjelasan Mendikbud soal Rotasi Guru Besar – besaran Tahun Ini

Dia mengaku selama ini akrab dan sering melewati titik-titik rute Bersukaria Walking Tour. Namun, dia tak tahu jika banyak kandungan historis di balik lokasi-lokasi tersebut.

Sementara itu, bagi Sarah Fauzianisa, mengikuti walking tour menumbuhkan cintanya kepada kota di pesisir utara Jawa tersebut. Sesuatu yang tak terbayangkan ketika mojang Bandung itu mulai berkuliah di Universitas Diponegoro (Undip) pada 2012.

Dulu, bagi Sarah, Semarang sangat membosankan. Mencari makan di atas pukul 20.00 saja susah karena tak banyak warung dan kafe yang buka. ”Nah, Bersukaria ini membantu aku banget untuk bisa lebih mencintai dan menghargai Semarang,” katanya.

Bersukaria kini mempunyai beberapa rute tur. Selain rute Mataram, ada tur Spoorweg Journey, Simpang Lima, Radja Goela, Kota Lama, Multikultural, Kauman, Kampung Kota, Jatingaleh, Pecinan, Candi Baru, dan Bodjong Weg.

Durasi tiap tur 2–3 jam dengan menyusuri beberapa titik. Rute reguler diadakan setiap akhir pekan. Jika ingin mengikuti tur di luar hari yang ditentukan, peserta bisa mengikuti tur privat dengan biaya yang sudah ditentukan.

Ada juga special tour dengan tema Suka Jajan. Itu khusus bagi yang suka memburu cerita kuliner. Special tour lain, misalnya, yang diadakan ketika peringatan Earth Hour atau Sumpah Pemuda.

Di kampung itu, ada Tasripin, saudagar Jawa kaya raya pada zaman kolonial yang tak takut kepada penjajah Belanda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News