Filantropis Yang Menginspirasi Kedermawanan Di Indonesia

Filantropis Yang Menginspirasi Kedermawanan Di Indonesia
Filantropis Yang Menginspirasi Kedermawanan Di Indonesia

Pengalaman hidup sebagai anak jalanan telah menempa rasa empati yang kuat dalam diri Puger Mulyono. Sehingga ketika pada 2012 lalu ada seorang kerabat menawarkan dirinya untuk mengurus seorang anak yatim piatu berusia 4 tahun yang terlantar dan ditolak rumah sakit karena positif HIV, Ia tidak kuasa untuk menolaknya.

"Ketika awal itu saya gak ada mikir apa-apa, hanya rasa kasihan saja. Soalnya saya hidup di jalan sejak kecil, saya merasa kalau dulu saya tidak ditolong orang, saya mungkin juga gak bisa hidup, gak bisa makan. Saya tidak tega memikirkan anak itu ditelantarkan, jadi saya terima dan rawat anak itu," ungkap Puger Mulyono.

Kisah ini mengawali kiprah Puger Mulyono mengasuh anak-anak penderita HIV/Aids. Dibantu temannya Ia kemudian menyewa sebuah rumah di Bumi Laweyan, Surakarta dan mendirikan Yayasan Lentera.

Sejak tahun 2012 hingga sekarang, Puger Mulyono telah merawat lebih dari 50 orang anak penderita HIV/AIDS dari seluruh Indonesia. 10 orang diantaranya sudah meninggal dunia dan sebagian ada yang sudah kembali diterima oleh keluarganya.

Di mata Puger Mulyono mereka adalah anak-anak yang tidak berdosa dan korban stigma HIV/AIDS.

"Anak-anak ini telah diperlakukan tidak seperti manusia, mereka dibuang, ada yang ditaruh di kandang ayam, ada yang dibuang di sungai semua barang-barangnya dibakar, di rumah mereka tidak ada yang mau memandikan, tidak dikasih makan, semua karena stigma mengenai HIV/AIDS yang keliru," tambahnya.

Padahal merawat dan mengangkat bayi bukan perkara mudah bagi Puger Mulyono, terlebih anak bayi dengan HIV/Aids yang memiliki kebutuhan penanganan kesehatan khusus. Lantaran sehari-hari Puger Mulyono hanya berprofesi sebagai tukang parkir di salah satu ruas jalan utama di kota Solo, Jawa tengah dengan pendapatan tidak lebih dari Rp 50 ribu setiap hari.

Bukan pendapatan yang besar apalagi Puger juga masih harus menghidupi istri, empat anak kandungnya. Karena itu, Puger Mulyono mengaku di awal perjuangannya mengasuh anak-anak penderita HIV ia dan keluarganya terpaksa hidup pas-pasan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News