Finger Talk Cafe, Pertama dengan Pramusaji Tunarungu

Pesan Makanan dengan Gerakan Jari dan Tangan

Finger Talk Cafe, Pertama dengan Pramusaji Tunarungu
Nurul (kanan) pramusaji deaf melayani pembeli yang datang ke kafe finger talk. Pembeli berusaha menjelaskan pesanannya kepada pramusaji. Foto: Zalzilatul Hikmia/Jawa Pos

”Sa-ya ma-u lum-pia satu,” ujar Novi Rahayu, 27, sambil menggerakkan jarinya membuat angka satu. ”Sa-ya yang i-ni (menunjuk menu yang dipegangnya),” timpal Maisah Ayu, 26, dengan menggerakkan jarinya agar sang pramusaji melihat yang ditunjuk.

Berbeda dengan yang sebelumnya, Frisca tampak langsung mengerti pesanan Novi dan Maisah. Dengan gerakan tangan membentuk tanda oke, Frisca mencatat pesanan mereka. Dia pun tampak luwes menunjukkan menu lain kepada dua sahabat itu.

Setelah selesai, perempuan asal Bali itu pun langsung menuju dapur untuk menyampaikan pesanan kepada koki yang bertugas. Tak berselang lama, dia kembali dengan hidangan-hidangan yang dipesan Novi dan Maisah.

Novi dan Maisah mengaku coba-coba datang ke finger talk cafe itu. Sebab, konsep kafe tersebut berbeda dengan yang lain. Sang pemilik sengaja memberdayakan tunarungu untuk menjadi karyawan. ”Nice kok semuanya. Makanannya enak, pelayanannya juga ramah banget,” ungkap Novi.

Novi mengatakan, dirinya dan Maisah sempat khawatir akan pelayanan pramusaji saat akan datang untuk mencoba makanan di kafe yang baru dibuka kemarin (3/5) itu. Mereka takut tidak bisa berkomunikasi karena memang tidak menguasai bahasa isyarat.

”Akhirnya tadi kami pakai bahasa tubuh aja. Yang bisa digerakin (tangan dan jari), kami gerakin buat menyampaikan pesanan. Syukur, tidak ada masalah,” tutur Novi sambil menyantap makanan di depannya.

Malah, menurut Maisah, ketakutan mereka justru dipatahkan Frisca. Saat bilang tidak mengerti, mereka justru diajari Frisca beberapa gerakan bahasa isyarat. Misalnya, mengucapkan terima kasih serta sendok dan garpu. ”Kami malah jadi nambah ilmu ini sih,” ujarnya.

Dissa Syakina Ahdanisa, pemilik kafe, cukup gembira dengan komentar pengunjung. Dia pun dengan sigap menghampiri dua sahabat tersebut dan menyampaikan terima kasih. Tak lupa, dia meminta mereka lebih bisa memahami jika komunikasi dengan pekerjanya membutuhkan waktu yang agak lama.

Memesan makanan biasanya dilakukan cukup dengan menyebutkan keinginan kita ke pramusaji. Namun, itu tidak berlaku di finger talk cafe di daerah Pamulang,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News